Friday, January 31, 2014

, , , ,

Masjid Multifungsi

Masih bercerita tentang perjalanan Junaedi, melanjutkan dua tulisan sebelumnya yang berjudul Semarakkan Masjid Pancarkan Syiarnya dan Pancaran Syiar Masjid, kami melanjutkannya kini dengan edisi Masjid Multifungsi.


Sebagian masjid malah menjadi tempat mangkal puluhan pengemis. Masjid lantas menjadi ikon ketimpangan: bangunan mewah yang berdampingan dengan permukiman miskin. Ada pula masjid yang lebih sibuk berdandan, tapi abai pada lingkungan. Programnya renovasi interior, perbaikan menara, menambah lantai atas, atau sekadar modifikasi pagar.

Sebagai pendukung, kotak amal terus-menerus digelar di jalanan. Kadang mengganggu kenyamanan. Keberadaan wakaf masjid, dalam hal ini, kerap malah menjadi beban pengurus dan masyarakat sekitar. Padahal, masjid bisa dikelola agar produktif dan memberi nilai tambah. Tidak hanya menjadi pengumpul sedekah.

Payung hukum yang bisa dipakai adalah ketentuan wakaf. Sebagian besar tanah masjid adalah wakaf. Yakni properti pribadi yang diserahkan menjadi milik Allah agar dimanfaatkan bagi kepentingan ibadah dan kemaslahatan umat. Dengan logika wakaf, tanah masjid bisa digunakan untuk berbagai usaha produktif, sejauh tidak bertentangan dengan prinsip Islam.

Masjid Nabawi pada masa Nabi pun sudah memberikan teladan bahwa fungsinya tidak sekadar ibadah. Usaha produktif juga mewarnai pola pengelolaan Masjid Nabawi masa kini. Sebagian lahan wakafnya disewakan untuk hotel berbintang. Keuntungannya diputar untuk operasional rutin masjid dan kegiatan sosial.

Masjid Al-Azhar Kairo, Mesir, dengan sejumlah tanah wakafnya, juga dikembangkan dengan orientasi profit. Antara lain disewakan untuk kantorkantor pemerintahan. Al-Azhar sudah lama menjadi ikon “gudang uang” pendidikan karena mampu memberikan beasiswa kepada seluruh mahasiswanya.

Dari titik inilah, maka pengelolaan masjid harus benar-benar diperhatikan. Masjid harus dikelola dengan manajemen yang rapi dan baik, sehingga masjid yang multifungsi itu dapat benar-benar terwujud. Jangan sampai apa yang disinyalir oleh Rasulullah SAW terjadi pada masjid-masjid di Tanah Air, sebagaimana termaktub dalam hadis berikut ini.
“Dari Ali bin Ali Thalib RA, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: ‘Sudah hampir tiba suatu zaman, kala itu tidak ada lagi dari Islam kecuali hanya namanya, dan tidak ada dari Al-Quran kecuali hanya tulisannya.

Masjid-masjid mereka indah, tapi kosong dari hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah kolong langit. Dari merekalah keluar fitnah dan kepada mereka fitnah itu akan kembali.” (H.R. Al-Baihaqi dari Ali bin Abi Thalib RA).
Karena itulah, setiap muslim harus berupaya semaksimal mungkin agar masjid-masjid yang telah didirikan dapat benar-benar difungsikan untuk kepentingan umat. Untuk itu, diperlukan pengelolaan masjid yang profesional. Dalam pandangan Aa Gym, pengelolaan masjid itu harus diserahkan kepada ahlinya. “Seharusnya bukan dengan sisa waktu, sisa tenaga, tetapi memang dikelola oleh para ahli manajemen masjid yang memiliki keilmuan agama yang baik, kebeningan hati, dan profesional,” ujar Aa Gym.

Bersambung
Publisher: masjid kita - 1:29:00 AM

Wednesday, January 29, 2014

, , , ,

Seruan untuk berdoa

Do’a dalam Islam, adalah menyembah Allah SWT, memanjatkan permohonan dan harapan kepada Allah SWT, mengucapkan pujian-pujian yang merupakan bentuk rasa syukur kepada segala karunia-Nya.

Bagian dari cara hidup, yang didasarkan pada pengajuan ke Pemilik dari seluruh alam semseta. Setiap muslim harus berusaha untuk mengingat Allah SWT setiap saat, menyadari bahwa segala sesuatu yang mampu dilakukannya, adalah karena rahmat Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda: “Do’a itu adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca: Allah SWT berfirman:"Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (HR Tirmidzi 3294)

Selain itu, Nabi pun bersabda:”Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah daripada do’a.” (HR Ibnu Majah 3819). Beberapa surat di dalam Al-Qur’an juga menyebutkan seruan untuk berdo’a yaitu: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah) Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran” (Q.S 2:186), “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki0laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S 4:32)

“Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh , Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S: 7: 55-56).

“Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo’a kepada-Nya, dan menghilangkan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat”.(Q.S 27:62)

Mengapa Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang gemar berdo’a, karena aktivitas berdo’a adalah untuk berharap (atas segala kebaikan bagi dirinya maupun bagi orang lain), kepada Zat yang lebih tinggi, agung, dan mulia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mengakui kehambaannya, bahwa meskipun sang pencipta menganugerahkan akal fikiran, ia tetap merasa kecil, hina, dan tak berdaya di hadapan Tuhan. Dengan berdo’a manusia mengakui kelemahan dan ketidaksempurnaannya. Mengapa? Karena ia sangat faham kedudukan yang sebenarnya di dunia ini, bahwa segala upaya manusia untuk tampil mulia dan kuat di hadapan manusia lainnya tidak akan pernah dapat tercapai kecuali dengan izin-Nya.
Menurut penelitian do’a adalah komplemen yang paling umum untuk obat utama, jauh melampaui akupunktur, herbal, vitamin dan pengobatan alternatif lainnya. Studi tersebut juga menemukan bahwa mereka yang berdoa (berusia antara 65 dan 74 tahun), memiliki tekanan darah lebih rendah daripada rekan-rekan mereka yang tidak berdoa. Kesehatan merupakan salah satu bentuk rahmat yang diberikan-Nya.
Benar bahwasannya, Rasulullah SAW menjelaskan fadhilah berdo’a antara lain bahwa Allah SWT mencintai orang yang berdo’a dan menjadikannya dekat dengan-Nya, Orang yang berdo’a akan mendapatkan ridha, rahmat, dan petunjuk Allah SWT, mendapatkan ampunan Allah SWT, mendapatkan keleluasaan rezeki dan dimudahkan dari kesulitan. Amin ya Rabbal ‘Alamin..

Asqarini

Sumber: 

Al-Qur’an
Majmu Syarif Kamil
artprian.files.wordpress.com/2011/06/doa.jpg


Publisher: masjid kita - 1:26:00 AM

Sunday, January 26, 2014

, , ,

Prinsip Manajemen Masjid II


Nabi begitu peduli dan mengenal baik setiap jamaah masjid. Nabi juga mengetahui kehadiran setiap jamaah dengan cara mengecek jamaahnya. Kemudian Nabi mengetahui keadaan masing-masing jamaahnya, baik kesehatan, ekonomi, maupun kesulitan yang dihadapi jamaah.

Bahkan Nabi menggunakan masjid sebagai tempat untuk saling mengenal keadaan setiap jamaah dan berbagi antara yang mampu dengan yang tidak mampu secara transparan.

Contoh-contoh Nabi ini memiliki kandungan manajemen sangat tinggi dan bermakna dalam. Karena itu, sungguh sangat relevan bila contoh-contoh yang diberikan oleh Rasulullah SAW itu direalisasikan dalam pengelolaan masjid pada saat ini. Tentu hal ini diawali dengan menunjukkan kecintaan kepada masjid, sejalan dengan hadis berikut ini: “Barangsiapa yang mencintai masjid, maka Allah mencintainya.” (H.R. Thabrani).

Tentu mencintai masjid ini tidak hanya ditunjukkan hanya dengan selalu pergi ke masjid untuk menunaikan shalat, melainkan juga menjaga wibawa masjid. Masjid harus lebih bagus dari rumah tempat tinggal jamaah. Namun bukan berarti berlomba-lomba memperbagus masjid, sedangkan upaya memakmurkannya sangat kurang. Tidak sedikit masjid yang dengan susah payah dibangun, tapi akhirnya sepi dari jamaah dan kegiatan umat.

Masjid harus menunjukkan semangat dan kecintaan jamaahnya, karena Allah SWT juga menyatakan bahwa tempat yang paling disukai-Nya adalah masjid dan yang paling tidak disukai-Nya adalah pasar. Hal ini tercermin dalam hadits: “Bagian bumi yang dicintai Allah ialah masjid dan bagian yang paling dibenci Allah adalah pasar.” (H.R. Muslim).

Dari kecintaan pada masjid itu, akan lahir keikhlasan untuk mengurus dan mengelolanya dengan baik. Kemudian mengajak dengan cara-cara yang baik pula agar orang yang belum berjamaah di masjid akhirnya tertarik untuk ikut berjamaah.

Setelah itu, insya Allah, kegiatan di masjid akan semakin semarak dan gaung syiarnya akan menggetarkan jiwa orang-orang untuk selalu terpaut hati dan pikirannya pada masjid, sehingga terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.


Publisher: masjid kita - 1:25:00 AM

Friday, January 24, 2014

, ,

Semarakkan Masjid Pancarkan Syiarnya

Sejak zaman Rasulullah SAW, masjid punya beragam fungsi. Tidak hanya tempat ritual murni (ibadah mahdah), seperti shalat dan iktikaf. Kompleks masjid juga menjadi pusat pemerintahan, markas militer, sentra pendidikan, hingga ruang tawanan perang. Perlu pengelolaan masjid dengan manajemen yang baik dan profesional.

JUNAEDI terkagum-kagum ketika berkesempatan mengunjungi Jakarta, pertengahan Februari lalu. Selain melihat pesatnya pembangunan Ibu Kota, lelaki asal Kampung Cihampelas, Bandung Barat, ini juga terlihat bungah melihat masjid-masjid yang berdiri megah di berbagai tempat di Jakarta. Ia membayangkan, andai saja di kampungnya dapat berdiri masjid semegah itu, tentu warga akan bersemangat untuk melaksanakan ibadah dan berbagai kegiatan di masjid. Maklum, di kampungnya hanya ada satu mushala kecil. Untuk pengajian anak-anak saja tidak cukup.

Anak-anak harus berdesakan di dalam mushala, bahkan sampai ke pelataran mushala. “Di mushala kampung saya, kalau sedang pengajian rutin, ibu-ibu sampai harus membawa tikar sendiri untuk duduk di luar mushala. Ruang mushala hanya cukup untuk bapak-bapak,” kata Junaedi. Sedangkan bangunan masjid ini sangat megah. Ruangannya sangat luas. Bahkan interiornya sangat indah, dengan dekorasi masjid yang ditata apik.


Dalam hitungan Junaedi, masjid ini setidaknya bisa menampung 1.000 jamaah. Tapi, yang membuat rasa kagum Junaedi ciut, pada saat menunaikan shalat ashar itu, jamaahnya hanya beberapa orang. Tidak sampai satu shaf. “Mungkin orang-orang masih sibuk bekerja, jadi tidak sempat untuk shalat ashar berjamaah di masjid,” katanya menerka-nerka.

Barangkali tidak salah kalau Junaedi merasa prihatin melihat kenyataan itu. Tapi, bukankah pada saat ini masjid ada di mana-mana. Mulai di permukiman penduduk, kompleks perumahan, hingga di kantor-kantor dan mal. Jadi, bisa saja para pegawai kantor atau pekerja pusat perbelanjaan menunaikan shalat di masjid kantor atau mal, sehingga tak perlu berlelah-lelah mencari masjid di luar. Bahkah masjid-masjid di kantor dan mal juga menyelenggarakan kegiatan keagamaan lainnya, seperti pengajian rutin dan peringatan hari-hari besar Islam. “Cuma, sayang aja, masjid segede ini jadi kosong melompong,” tutur Junaedi.

Kini memang masjid berdiri di mana-mana. Dari yang kecil (mushala) hingga yang megah. Lalu soal shalat berjamaah itu? “Mungkin yang paling penting, yang sudah berjamaah benar benar menjadi figur yang bisa membuat orang yang belum berjamaah jadi tertarik,” kata KH Abdullah Gymnastiar, pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung.

Mau tahu apa kelanjutan kata-kata pimpinan Pesantren tersebut mengenai ini, silahkan dapatkan edisi Majalah Masjid Kita yang terbaru, atau silahkan berlangganan semua postingan blog ini melalui widget-widget yang sudah tersedia di blog ini sekarang juga. Terimakasih.

Publisher: masjid kita - 1:22:00 AM
, ,

Masjid Baiturrahmah


Masjid Baiturrahmah, dari depan masjid ini dipenuhi dengan berbagai aktifitas bisnis. Misalnya saja, poliklinik kesehatan dan Kantor Pembantu Bank Muamalat. Sementara di belakang masjid, nampak gedung sekolahan cukup megah yang mampu menampung ratusan siswa. Masjid Baiturrahmah yang dikelola oleh PCM Kramatjati ini juga memberikan fasilitas pendidikan untuk anak sekolah tingkat menengah ke atas, yaitu SMA Muhammadiyah 4 Jakarta.

Pada awalnya PCM Kramatjati belum punya masjid, yang ada hanya sebuah ruangan sempit yang digunakan sebagai Mushala untuk Shalat berjamaah baik untuk siswa, kar-yawan maupun masyarakat umum. Dari keprihatinan inilah dan dirasakan masyarakat akan pentingnya kenyamanan dan ketenangan dalam beribadah khususnya saat shalat berjamaah. Sekitar tahun 2001 Gedung Sekolah dan Ruang Mushala yang ada direnovasi . Gedung dibangun tiga lantai, lantai satu sebagian digunakan ruang kelas, sebagian juga dimanfaatkan sebagai ruangan serbaguna, juga poliklinik kesehatan, dan Kantor Pembantu Bank Muamalat.

Pembangunan masjid tidak serta merta lancar dan langsung jadi, tapi banyak mengalami kendala terutama dana. PCM dengan susah payah membangun gedung sekolah, sehingga pembangunan masjid sedikit mengalami gangguan, walau pembangunan terus berjalan tapi hanya berdasarkan kemampuan PCM dengan kekuatan seadanya, dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat belum berhasil menyelesaikan pembangunan masjid , sehingga sempat teretunda beberapa tahun.

Sementara itu Pengurus Masjid Baitturrahmah, Mukhilla Khatib menuturkan bahwa panitia berusaha mengatasi ketertundaan pembangunan masjid dengan menjalin hubungan dengan beberapa donatur. “Alhamdulillah setelah melakukan pendekatan dengan beberapa donatur, dari pihak keluarga besar Mohammad Gobel tim yang dipimpin langsung Rahmat Gobel datang meninjau pembangunan masjid dan melanjutkan pembangunannya,” katanya.

Pembangunan Masjid Baiturrahmah menelan biaya milyaran rupiah. Adapun luas area masjid sekitar 500 M2, kapasitas hingga 1.000 jamaah. Bangunan utama untuk kegiatan jamaah, shalat dan pengajian-pengajian akbar, sementara serambi depan dimanfaatkan sebagai lapangan oleh raga untuk berbagai kegiatan, seperti futsal dan berbagai kegiatan lainya para siswa.

Kegiatan rutin masjid ini, di antaranya untuk pengajian-pengajian akbar, pengajian rutin di lingkup PCM dan Ranting Muhammadiyah di wilayah koordinasinya. Kegiatan lainya pihak PCM akan membentuk Korps Mubaligh di wilayah Jakarta Timur, “Harapan agar para mubaligh dapat menyatukan visi dan misi dalam bertugas mengemban amanah umat, tidak lagi membawa misinya masing-masing.” Hardjono.

Publisher: masjid kita - 1:22:00 AM

Thursday, January 23, 2014

, ,

Negeri sejuta masjid


Assalamualaikum wr. wb.

“NEGERI sejuta masjid”. Barangkali predikat itu pantas disandangkan pada negeri ini. Hampir di setiap provinsi, kabupaten, bahkan hingga tingkat RT/RW, masjid senantiasa hadir sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Kini masjid memang berdiri di mana-mana, dari yang kecil (mushala) hingga yang megah. Yang menjadi pertanyaan besar kemudian: sejauh manakah masjid telah teroptimalkan perannya bagi kepentingan umat?

Banyak contoh keberhasilan masjid yang bisa dijadikan rujukan dalam pemberdayaan umat. Mulai masjid yang berfokus pada pendidikan keagamaan, yang berkonsentrasi pada pengajian, majelis taklim, dan remaja masjid, hingga masjid yang secara umum mengoptimalkan fungsinya untuk berbagai kepentingan umat. Namun, yang juga penting adalah bagaimana masjid dapat dijadikan sebagai ujung tombak dalam pembinaan akhlak dan moral bangsa.

Tanpa bermaksud “membuka aib” atau bahkan membakar api dalam sekam, kenyataan yang belakangan ini terjadi di negeri ini memang sungguh memiriskan. Bencana demi bencana yang datang silih berganti, kasus-kasus korupsi, ketimpangan dan ketidakadilan, serta penyalahgunaan wewenang seakan menjadi hal biasa dalam kehidupan bangsa ini. Karena itu, majalah Masjid Kita edisi kali ini menyajikan Mimbar Utama dengan tema “Kembali ke Masjid: Selamatkan Akhlak Bangsa”. Tentu saja, tulisan ini tidak dinawaitukan untuk menasihati atau bahkan menggurui, melainkan dimaksudkan sebagai urun rembuk agar bangsa Indonesia tidak semakin terpuruk.

Selain itu, majalah Masjid Kita edisi kali ini tampil dengan perwajahan dan rubrikasi yang baru. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi masukan yang diberikan oleh berbagai pihak. Dengan perwajahan yang baru ini, diharapkan tampilan majalah Masjid Kita semakin elegan dan
lebih dimamis. Rubrikasi pun dibuat lebih sederhana untuk memudahkan pembaca dalam mencerna setiap informasi yang disampaikan.

Kami berharap, dengan tampilan yang baru ini, majalah Masjid Kita semakin dekat dan dicintai oleh pembaca yang budiman. Akhirulkalam, semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah-Nya agar majalah yang kita cintai ini dapat memberikan manfaat dan maslahat bagi kita semua.

Wassalamuaikum wr. wb.

Ilham Hanafie
Pemimpin Redaksi
Publisher: masjid kita - 1:21:00 AM
, , , ,

SMU Muhammadiyah 4





Bangunan Sekolah Berbalut Masjid


Muhammadiyah sebagai organisasi Islam besar di Indonesia memiliki andil cukup besar terhadap pendidikan anak bangsa. Ribuan sekolah yang dirilis Muhammadiyah sudah berada di seluruh pelosok negeri ini, salah satunya adalah Sekolah Muhammadiyah 04 di Kramatjati.

Menurut Ketua Majelis Dikdasmen PCM Kramatjati Noor Fajar SH.MH keberadaan sekolah Muhammadiyah banyak melahirkan generasi penerus berkualitas. Semua itu merupakan upaya keras Muhammadiyah untuk melahirkan generasi unggulan.

Menurut Noor, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kramatjati termasuk salah satu Cabang Muhammadiyah paling tua di wilayah Jakarta. PCM Kramatjati berdiri tahun 1960-an, sebelumnya sebagai Ranting Muhammadiyah. Dalam penjelasannya lebih lanjut Noor mengungkapkan PCM saat ini mempunyai amal usaha sebagai penopang kegiatan organisasai tiga unit sekolah, yaitu SD Muhammadiyah 04 Cililitan, SMP Muhammadiyah 04 dan SMA Muhammadiyah 04 keduanya berlokasi di PCM Kramatjati.

Tak hanya sekolah, PCM Kramatjati ini juga memiliki Masjid Baiturrahmah yang cukup besar, megah dan representatif. Bahkan sekarang sedang dikembangkan Klinik Kesehatan dan Kantor Pembantu Bank Muamalat. Baik klinik maupun kantor bank untuk membantu para siswa dan masyarakat sekitar PCM berinteraksi untuk berobat dan kepereluan perbankan.

Noor mengisahkan, saat SD Muhammadiyah 04 didirikan, kondisinya sangat sederhana. Namun pada saat pembukaan, jumlah murid yang mendaftar cukup banyak. Akhirnya pada tahun 1973 didirikan SMA Muhammadiyah 04 pada lokasi yang sama, sehingga pada saat itu SD Muhammadiyah 04 dipindahkan ke Ranting Muhammadiyah Cililitan yang berlokasi di perkampungan penduduk. Kemudian pada tahun 1980-an didirikan SMP Muhammadiyah 04 di lokasi yang sama.

Lihat postingan mengenai Masjid Baiturrahman yang diceritakan di atas di postingan ini.
Saat ini, tambah Noor, jumlah murid SD Muhammadiyah 04 mengalami penurunan dari semula lebih dari 100 orang siswa, saat ini hanya 80 anak. Sebagian besar mereka dari keluarga tidak mampu atau dhuafa, ”Ini merupakan misi persyarikatan membantu mereka yang kurang mampu, sehingga dalam kegiatan sehari-hari dilakukan subsidi silang,” katanya.

Sedangkan unuk siswa SMP Muhammadiyah 04 sebelum PCM direnovasi tahun 1998 yang saat itu masih belum ada pesaing seperti SMP Negeri yang ada di sekitarnya, jumlah siswa cukup banyak mencapai 400 siswa, namun setelah berdiri SMP Negeri disekitar, jumlah siswa menurun tajam dan kini sekitar 250 siswa. Namun demikian, mereka masih tetap eksis dan berprestasi dalam berbagai kegiatan berhasil meraih juara dalam berbagai lomba, diwujudkan pada jumlah piala-piala yang terpampang di ruang kepala sekolah sebagai bukti keberhasilan mereka meraih prestasi di berbagai kejuaraan.

Selain kegiatan rutin, siswa juga mengikuti berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang diterapkan PP. Muhammadiyah seperti Pandu HW, dan Tapak Suci yang pernah meraih kejuaran tingkat nasional. Sementara itu, SMA Muhammadiyah 04 pernah mencapai puncak rekor tertinggi jumlah siswanya mencapai 600 siswa, saat ini jumlah siswanya menurun sekitar 400-an siswa. Namun mereka tetap eksis dalam dunia pendidikan untuk tetap memacu prestasi akademik, bahkan pihak Diknas menawarkan SMA Muhammadiyah 04 ikut dalam pogram Sistim Kredit Semester ( SKS ) bagi siswa-siwinya, namun pihaknya belum siap sehingga dilimpahkan ke SMA Muhammadiyah 03 Kebayoran Baru yang rupanya lebih siap.

Meskipun siswanya cenderung turun jumlah siswanya, namun alumni dari SMA Muhammadiyah 04 cukup menunjukkan eksistensinya. Misalnya saja, Abdurakhim pernah menjadi Anggota DPRD DKI Jakarta, Kusnan pernah menjabat Walikota Jakarta Timur, dan sekarang menjadi Staf Ahli Mendagri, ”Masih banyak lagi alumnus-alumnus kita yang berhasil baik di pemerintahan maupun swasta/wiraswasta,” kata Noor.

Ke depan, Noor berharap PCM Kramatjati mampu membuka amal usaha baru untuk menopang aktivitas organisasi di samping sekolah, seperti Klinik Kesehatan yang diprioritaskan untuk membantu kesehatan siswa dan masyarakat umum, juga pelayanan perbankan kini sudah dibuka, ”Insya Allah akan dibuka Pelayanan Pemulasaraan Jenazah yang akan dilengkapi dengan Mobil Ambulan.

Publisher: masjid kita - 1:19:00 AM

Wednesday, January 22, 2014

, , , ,

Al-Quran Berwarna


Akhir-akhir marak al-Qur’an dengan tampilan warna warni, bukan apa-apa, warna-warna itu ternyata bukan hanya sebagai pemanis perwajahan tapi dalam upaya mempermudah pembaca dalam membaca al-Qur’an dengan benar sesuai makhrajnya.

Al-Quran berwarna ini cukup menarik, tak seperti al-Qur’an biasa yang selama ini kita kenal. Di dalamnya pun tidak seperti al-Qur’an pada umumnya, di mana setiap blok warna menunjukkan ketentuan-ketentuan tajwid yang mengikuti ketentuan paling shahih (disepakati para ulama). Karya inovatif dan fenomenal ini sengaja dihadirkan sebagai sebuah kesadaran akan pentingnya membaca al-Qur’an dengan ketentuan tajwid.

Mudahnya Membaca Al-Quran Berwarna

Ketentuan bacaan dipermudah melalui alat peraga kode warna, misalnya saat bacaan mendengung, memantul, suara sengau dari hidung dan lain-lain, masing-masing dibuatkan warna cetakan yang berbeda-beda. Mushaf al-Quran dengan penjelasan tajwid yang dipermudah dengan menggunakan warna ini dilengkapi dengan penjelasan ketentuan-ketentuan tajwid dalam bahasa Indonesia (huruf latin) yang mudah dipahami.

Ketentuan-ketentuan tajwid tersebut berdasarkan bacaan tajwid ala qiraat ‘ashim yang diriwayatkan Imam Al-Hafs, yang merupakan cara baca yang paling banyak dipergunakan umat Islam di seluruh dunia, terutama di Indonesia dari tujuh riwayat cara baca (qiraat sab’ah).

Selain itu, blok warna yang dipergunakan dalam menentukan tajwid juga menuntun pembaca agar lebih memperhatikan tekanan, fonetik, irama serta cara membaca al-Qur’an. Al-qur'an ini juga sudah dilengkapi dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Lahirnya penerbitan mushaf al-Qur’an dengan metode pemberian kode warna ini merupakan karya inovatif dari tiga bersaudara, yakni Abdus Sami, Abdul Nareem dan Abdul Moin yang memang telah lama bergelut dalam bidang penerbitan buku-buku Islam.

Di ilhami dari aturan lampu lalu lintas yang bersifat universal di mana warna merah berarti pemakai jalan harus berhenti, warna kuning menunjukkan persiapan jalan serta hijau berarti silahkan jalan. Sistem “traffic light” inilah yang kemudian diadopsi ke dalam tuntunan bagi kemudahan umat Islam dalam membaca al-Qur’an dengan benar dan baik. Setelah melalui proses pemikiran yang panjang akhirnya pada 4 Januari 2002, karya inovatif ini dipublikasikan pada umat Islam di seluruh dunia.

Peluncuran secara resmi mushaf al-Qur’an untuk Indonesia ini bertepatan dengan kegiatan Musabaqah Tilawah al-Qur’an (MTQ) Nasional ke XXI di kota Kendari, Sulawesi Tenggara pada tanggal 30 Juli 2006 oleh Dirjen Bimas Islam Departemen Agama Republik Indonesia mewakili Menteri Agama Republik Indonesia. Metode ini diharapkan bisa menambah keinginan mansyarakat untuk lebih sering membaca Al-Quran karena mayoritas masyarakat Indonesia secara psikologis lebih banyak yang bertipe visual atau senang dengan hal-hal yang menarik mata.

Download link : www.quranflash.com/en/download/index.html
Publisher: masjid kita - 1:19:00 AM

Tuesday, January 21, 2014

, , , , , ,

Pancaran Syiar Masjid


Seperti yang pernah kami singgung pada postingan sebelumnya, sekali lagi kami akan mengupas mengenai pendapat Aa Gym yang sempat terputus.. Baca Semarakkan Masjid Pancarkan Syiarnya...

Selamat membaca.
Kini memang masjid berdiri di mana-mana. Dari yang kecil (mushala) hingga yang megah. Lalu soal shalat berjamaah itu? “Mungkin yang paling penting, yang sudah berjamaah benar-benar menjadi figur yang bisa membuat orang yang belum berjamaah jadi tertarik,” kata KH Abdullah Gymnastiar, pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung.

Menurut Aa Gym -- panggilan akrab KH Abdullah Gymnastiar -- pengelola masjid dan jamaah yang sudah istiqamah harus punya
kesadaran bahwa mereka berutang kepada Allah untuk menjadi jalan bagi yang lain bisa ikut ke masjid.

Upaya mengajak orang lain untuk berjamaah di masjid itu menjadi bagian dari kewajiban umat Islam untuk memakmurkan masjid, sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam Quran surah At-Taubah ayat 18: “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Firman Allah dalam surat At-Taubah itu menunjukkan bahwa Allah telah mengarahkan untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat, di masjid. Bahkan masjid bukan sekadar tempat sujud, sebagaimana makna harfiahnya. Ismail Raji Al-Faruqi, pakar kebudayaan Islam asal Palestina, mencatat bahwa sejak zaman Rasulullah SAW, masjid punya ragam fungsi.
Tidak hanya tempat ritual murni (ibadah mahdah), seperti shalat dan iktikaf. Kompleks masjid juga menjadi pusat pemerintahan, markas militer, sentra pendidikan, hingga ruang tawanan perang.
Di Masjid Nabawi -- masjid kedua yang didirikan Nabi di Madinah -- terdapat ruang bernama suffah yang dipakai untuk menampung program santunan fakir-miskin. Dalam perkembangan masa kini, muncul banyak persepsi yang justru mempersempit fungsi masjid. Bila sebidang tanah diwakafkan untuk masjid, maka yang terpikir, peruntukannya semata untuk ibadah murni.

Karena minimnya peran horizontal wakaf masjid, maka efek sosial-ekonominya pun kurang optimal. Ada masjid mentereng yang tak bisa berbuat banyak menyelesaikan kemiskinan jamaah di sekitarnya.
Sekali lagi.. Bagi yang ingin tahu apa kelanjutan kata-kata pimpinan Pesantren tersebut mengenai ini, silahkan dapatkan edisi Majalah Masjid Kita yang terbaru, atau silahkan berlangganan semua postingan blog ini melalui widget-widget yang sudah tersedia di blog ini sekarang juga.
Terimakasih.
Publisher: masjid kita - 1:27:00 AM
, , , ,

Muslim Ethiopia Bangun Masjid di Amerika


Tak diijinkan bangun masjid di tanah kelahiran sendiri, Muslim Ethiopia yang ada di Amerika Serikat berhasil membangun Masjid Hijrah Pertama (First Hijrah Mosque) dan pusat komunitas untuk memperingati imigrasi pertama Muslim Ethiopia dalam sejarah Islam.

Pembangunan Masjid First Hijrah ini juga sebagai simbol menentang praktek diskriminatif oleh pemerintah Ethiopia terhadap kaum Muslim.

Masjid Hijrah Pertama terletak di Washington, DC, hampir dua mil dari Gedung Putih. Nama masjid merujuk kepada imigrasi pada tahun 615 Masehi dari sebuah kelompok pengikut nabi, yang pertama masuk Islam, yang menuju ke kota utara Ethiopia Axum, mencari perlindungan atas penganiayaan dari suku Quraisy di Makkah.

Untuk memperingati imigrasi pertama dalam sejarah Islam, Muslim di kota Axum mencoba membangun masjid mereka sendiri, namun otoritas Ethiopia tidak memberikan izin. Hanya ketika orang-orang Kristen diperbolehkan untuk membangun sebuah gereja di Makkah baru umat Muslim di Ethiopia boleh membangun masjid, kata pernyataan pemerintah Ethiopia seperti dilaporkan.

Muslim Etiopia akhirnya mendapat kesempatan untuk mewujudkan impian mereka di Amerika Serikat di mana mereka membangun Masjid Hijrah Pertama (First Hijrah Mosque).

Masjid yang awalnya gedung dari hasil sewa ini, akhirnya mampu dibeli lalu digunakan untuk masjid. "Masjid ini mampu melayani 20.000 Muslim yang tinggal sekitar sini," kata Syaikh Mohamed Naguib, 57 tahun, pimpinan masyarakat muslim Ethiopia di Washington.

Naguib mengeluh karena adanya praktik diskriminasi terhadap umat Muslim di Ethiopia pada umumnya dan Axum pada khususnya. "Bukan hanya kami tidak diizinkan untuk membangun sebuah masjid di tanah pertama yang memperjuangkan kepentingan Islam, tapi kami juga tidak memiliki kuburan Muslim . Bahkan kami harus berjalan 15 kilometer di luar kota untuk menguburkan mereka umat Islam yang wafat."

Muadzin masjid, Moftah Saeid mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya sesama Muslim Ethiopia tidak merasa bebas melakukan ritual seperti di Axum. “Hal ini sangat ironis bahwa di Washington kami diberikan hak-hak, sementara hal ini tidak terjadi di tanah air kami sendiri," katanya kepada Al Arabiya.

Masjid First Hijrah terdiri dari dua lantai, yang pertama untuk pria dan yang kedua untuk perempuan. Selama bulan suci Ramadan, masjid ini mengadakan perjamuan sehingga anggota masyarakat dapat berbuka puasa bersama dan juga menyelenggarakan program yang mengajarkan al-Quran dan hukum-hukum Islam.

Masjid juga berkoordinasi dengan beberapa organisasi Islam seperti Badr Islamic Association dan memiliki jejaring sosial di situs Paltalk di mana di sana sering dilakukan dialog budaya dan agama.
Publisher: masjid kita - 1:16:00 AM

Sunday, January 19, 2014

, , ,

Hunian Syariah Muamalat


Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat, itulah produk terbaru Bank Muamalat Indonesia (BMI). BMI kini semakin agresif menggarap pasar ritel. Tak hanya menggarap produk penghimpunan dana, kini BMI juga mengkonversi produk residential mortgage-nya. Direktur Bank Muamalat Adrian Adrian Gunadi mengatakan prospek properti di Indonesia sangat cerah, “Tahun ini diproyeksikan tumbuh sekitar 5-6%, kami siap memfasilitasi perkembangan sektor properti ini dengan pembiayaan yang kompetitif dan sesuai syariah,” ungkapnya.

Sampai dengan semester pertama 2010, portofolio pembiayaan sektor properti yang disalurkan Bank Muamalat telah mencapai lebih dari Rp. 2 Triliun, atau mengalami peningkatan lebih dari 11 % dibanding posisi Desember 2009. Melalui penambahan jaringan, peningkatan pelayanan, proses, dan penguatan infrastruktur, diharapkan portofolio tersebut akan terus mengalami peningkatan.

BMI memberikan dua alternatif transaksi bagi nasabah, yaitu secara kongsi (Musyarakah Mutanaqisah) ataupun jual beli (Murabahah). Sistem kongsi dapat diterapkan untuk pemilikan properti baru (non indent), second, maupun take over. Adapun sistem jual beli, memiliki spektrum yang lebih luas. Sistem ini juga dapat diterapkan untuk pembelian properti indent, renovasi serta pembelian-renovasi.

Pembiayaan Hunian Syariah ini memiliki plafond maksimal hingga Rp 25 miliar. Sedangkan jangka waktu pengembalian hingga 15 tahun, terkecuali untuk kepentingan renovasi dengan plafond di bawah Rp 25 juta yang hanya 5 tahun. ”Produk pembiayaan kami tidak hanya comply dengan syariah, namun juga kompetitif dengan jangka waktu pengembalian yang panjang, jumlah angsuran yang tidak fluktuatif mengikuti suku bunga, serta tidak adanya penalti bagi yang melunasi lebih awal,” imbuhnya.

”Kini, inovasi tersebut hadir dalam produk Pembiayaan Hunian Syariah Muamalat, semoga keuanggulan fitur produk ini dapat memuaskan dan mendukung kegiatan bisnis nasabah,” jelas Adrian.

Bank Syariah Terbaik di Indonesia 2009 versi Islamic Finance News/IFN Malaysia, Global Finance USA dan Alpha South East Asia Hong Kong ini terus melakukan ekspansi bisnis dengan didukung oleh pemantapan infrastruktur IT sehingga layanan yang diberikan akan semakin aksesibel dan nyaman bagi nasabah.


Publisher: masjid kita - 1:14:00 AM

Friday, January 17, 2014

, , ,

Siwak Tradisi Para Ulama


Di balik sunah yang diajurkan Rasulullah, ternyata batang pohon ini menyimpan khasiat dan manfaat bagi penggunanya. Membiasakan bersiwak berarti menghindari penyakit. Kalau sering melihat sebagian umat Islam menggunakan sebatang kayu kecil untuk menggosok gigi, itulah siwak. Siwak mulai digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut sejak 7000 tahun lalu.

Menurut catatan sejarah, siwak atau miswak (chewing stick atau kayu kunyah) telah digunakan oleh orang-orang Babilonia, yang kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani, Romawi, orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam.

Sebelum Islam datang, bangsa Arab menggunakan akar dan ranting kayu pohon arak yang hanya tumbuh di daerah Asia Tengah dan Afrika. Namun penggunaan kayu wangi ini hanya sebagai alat kebersihan gigi, sebelum disunahkan. Setelah kedatangan Islam, Rasulullah menetapkan penggunaan siwak sebagai sunah yang sangat dianjurkan. Hal ini menunjukkan bahwa, Rasulullah orang pertama yang mendidik manusia memelihara kesehatan gigi.

Sejak saat itu siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah, Pakistan, Nepal, India, Afrika hingga wilayah melayu seperti Malaysia dan Indonesia. Sebagian besar mereka menggunakan karena faktor religi, budaya dan sosial. Dalam sehari, umat Islam di Timur Tengah menggunakan siwak minimal lima kali sehari, disamping sikat gigi biasa.

Menurut penelitian ilmuwan Erwin dan Lewis (1989), pengguna siwak memiliki relativitas rendah terkena penyakit gigi. Meskipun mereka mengonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat. Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut.

Sementara menurut al-Lafi dan Ababneh (1995) kayu siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang, serta memelihara gusi. Karena siwak memiliki kandungan kimiawi yang membawa manfaat.

Dalam buku Kifayatul-Akhyar, al-Imam Taqiyuddin Abubakar al-Husaini (Bina Ilmu, Surabaya 1984) dijelaskan bahwa Aisyah RA pernah melihat Rasulullah menggunakan siwak. Rasulullah bersabda: “Dua rakaat shalat bersiwak, lebih utama daripada tujuh rakaat tanpa siwak.” (HR Abu Na’im)

Siwak sunah digunakan ketika akan melakukan shalat, bukan karena alasan berubahnya bau mulut. Bahkan, bersiwak disunahkan untuk dikerjakan setiap dua rakaat, ketika seseorang melakukan shalat berkali-kali, seperti shalat Dhuha, Tarawih dan Tahajjud.

Demikian pula dalam buku Fikih Islam Lengkap, karya Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi (Rineka Cipta, Jakarta 1988). Menurutnya, ada tiga hal seseorang disunahkan menggunakan siwak sebagai pembersih gigi dan mulut. Yaitu ketika hendak mengerjakan shalat, bangun tidur, berbau mulut, dan hendak membaca al-Qur’an.
Satu peristiwa penting pernah teradi. Menjelang ajal menjemput, Rasululah sempat bersiwak. Dari Aisyah RA, ia berkata: ”Pada hari kematiannya (Rasulullah SAW), datang Abdurrahman ibn Abu Bakar RA dan ditangannya ada sebatang siwak. Sedangkan aku menjadi sandaran Nabi. Lalu aku melihat Rasulullah memandang siwak Abdurrahman Abu Bakar.
Akupun paham bahwa beliau menyukai siwak. Maka aku bertanya: ”Apakah mau aku ambilkan untukmu?” Beliau memberi isyarat dengan kepala sebagai tanda ’Ya’. Lalu aku lembutkan siwak itu, kemudian beliau menyuruh diambilkan sebuah panci yang berisi air. Maka beliau memasukkan tangannya ke dalam panci itu, seraya mengusapkan ke wajah.

Kemudian mengucapkan: ”Lâ ilâha illallâh, sesungguhnya maut itu memiliki sekarat.” Kemudian beliau angkat tangan untuk berdoa: ”Ya Allah, kumpulkanlah aku bersama para kawanku yang mulia (para Nabi AS).” Beliau terus berdoa sampai nyawanya dicabut, lalu kedua tangan beliau turun ke bawah.” (HR Bukhari)

Kandungan Siwak

Subhanallah... Di balik penyariatan sunahnya bersiwak, ternyata batang tumbuhan ini mengandung substansi anti bakteri yang luar biasa manfaatnya:

- Kandungan kimia. Seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl Amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.

- Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar. Menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.

- Enzim yang mencegah pembentukan plaque penyebab radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.

- Anti decay agent (zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu, siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur). Saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Publisher: masjid kita - 1:15:00 AM
, , , , ,

Musabaqah antar Mushola


Ikatan Remaja Wates (Ikriwa) yang ada di bawah kelola Masjid Jami’ Taufiqillah menggelar musabaqah antar mushala untuk memeriahkan syiar Islam di bulan suci Ramadhan. Tepatnya tanggal 16-17 malam Ramadhan, para pengurus remas menggelar perlombaan antar mushola di wilayah Kedung Jaya Babelan, Bekasi. Kegiatan ini diikuti oleh 6 mushola yang ada di sekitar Wates.

Masjid yang berada di bawah Yayasan At-Taqwa ini memang cukup ramai oleh kegiatan-kegiatan Islam. Utamanya kegiatan yang dilakukan oleh para remaja masjidnya, seperti perlombaan, atau kegiatan kursus di masjid.

Menurut Sekretaris Umum Ikriwa, Khoirul Umam, jumlah kepengurusan remaja masjid di Masjid Taufiqillah ada 50 orang pengurus. Sedangkan anggota mencapai ratusan remaja yang ada di wilayah Wates. Selain perlombaan untuk memperingati turunnya al-Qur’an, remas juga mengadakan acara halal bi halal pada tanggal 3 Syawal 1431 H. kegiatan ini diadakan setiap tahunnya ketika lebaran tiba. “Kegiatan ini untuk menumbuhkan cinta ukhuwah islamiyah,” katanya.

Adapun beberapa perlombaan yang diikutkan adalah perlombaan qasidahan, cerdas cermat, sholawatan, dan syiar Ramadhan. Kegiatan jauh berkurang ketika diadakan tahun lalu, di mana model perlombaannya bisa mencapai 11 item. “Saat ini persiapan kurang ditambah dana yang terbatas,” ujarnya.

Selain menggelar acara perlombaan, remas yang tergabung dalam Ikriwa ini juga membuka kelas-kelas kursus di masjid. Saat ini ada dua kursus yang berjalan dan diikuti oleh 30 anak kurangg mampu untuk belajar Bahasa Inggris dan komputer. “Anak-anak belajarnya gratis dengan pengajar ada tiga orang,” katanya. Untuk mendukung berjalannya keegiatan harian ini, pengurus berinisiatif menjalin kerjasama dengan Darul Aitam dan mencari donatur-donatur yang peduli dengan pendidikan anak kurang mampu.

Publisher: masjid kita - 1:12:00 AM

Wednesday, January 15, 2014

, , , , , , ,

Sufi Abu Nawas


Sebagai penyair, tingkah laku Abu Nawas cukup aneh dan slebor. Tingkah lakunya membuat orang selalu mengaitkan karyanya dengan gejolak jiwanya. Ditambah sikapnya yang jenaka, perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Namun, di mata Ismail bin Nubakht, Abu Nawas adalah seorang yang cerdas dan kaya pengetahuan.

Berbekal kepiawaiannya menulis puisi, Abu Nawas bisa berkenalan dengan para pangeran. Sejak dekat para bangsawan, puisi-puisinya berubah memuja penguasa. Dalam kitab Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru.

Puncaknya, syair Abu Nawas menarik perhatian Khalifah Harun Al-Rasyid. Melalui perantara musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas akhirnya didapuk menjadi penyair istana (sya'irul bilad). Abu Nawas pun diangkat sebagai pendekar para penyair. Tugasnya menggubah puisi puji-pujian untuk khalifah.
Namun kedekatannya dengan khalifah berujung di jeruji besi. Suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang membuat khalifah tersinggung dan murka. Ia lantas di penjara.
Sejak mendekam di penjara, puisi-puisinya berubah menjadi religius. Kepongahan dan aroma kendi tuaknya meluntur, seiring dengan kepasrahannya kepada kekuasaan Allah. Syair-syairnya tentang pertobatan bisa dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa keagamaannya yang tinggi.

Setelah bebas, dia mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia hengkang dari Baghdad setelah kejayaan Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu, ia hijrah ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Abu Nawas akhirnya kembali lagi ke Baghdad, setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan Al-Amin.

Sajak-sajak pertobatan Abu Nawas bisa ditafsirkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Puisi serta syair yang dirilisnya menggambarkan perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah. Kehidupan rohaniahnya terbilang berliku dan mengharukan. Setelah menemukan Allah, inspirasi puisinya bukan lagi khamar, melainkan nilai-nilai ketuhanan. Di akhir hayatnya, ia menjalani hidup zuhud. Seperti tahun kelahirannya yang tak jelas, tahun kematiannya terdapat beragam versi antara 806 M hingga 814 M. Ia dimakamkan di Syunizi, jantung Kota Baghdad.

Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi membuat Abu Nawas menjadi seorang legenda. Namanya juga tercantum dalam dongeng 1001 malam. Meski sering melawak, ia adalah sosok yang jujur. Tak heran, bila dia disejajarkan dengan tokoh-tokoh penting dalam khazanah keilmuan Islam.

Publisher: masjid kita - 1:11:00 AM
, , , , , ,

Abunawas, sang Legenda I

Ilahi, lastu lilfirdausi ahla, wala aqwa 'ala naril jahimi. Fahab li tawbatan waghfir dzunubi fainaka ghafirud dzanbil adzimi.

Senandung syair di atas tak asing lagi bagi sebagai umat Islam di Indonesia. Sembari menunggu datangnya shalat Maghrib dan Subuh, biasanya para jamaah melantunkannya dengan syahdu di mushala dan masjid. Meski telah 11 abad, syair itu tetap abadi di hati jamaah.





Legenda syair pengingat dosa dan kematian, tak lepas dari sang pengarang yang alim, yakni Abu Nawas. Sosok sufi yang tetap dikenang sepanjang masa. Abu Nawas adalah seorang penyair Islam termasyhur di era kejayaan Islam.


Abu Nawas banyak dikenal lewat cerita-cerita humor bijak dan sufi. Sejatinya, penyair yang bernama lengkap Abu Nawas Al-Hasan bin Hini Al-Hakami itu memang seorang humoris yang lihai dan cerdik dalam mengemas kritik personal maupun pemerintahan yang dibungkus dengan humor.

kelahiran Abu Nawas tak diketahui secara pasti tempat dan waktu kelahirannya. Diperkirakan, ia lahir antara tahun 747 hingga 762 M. Ada yang menyebut di Damaskus, Bursa. Bahkan versi lain menyebut dia lahir di Ahwaz.
Ayahnya, bernama Hani, anggota tentara Marwan bin Muhammad atau Marwan II- Khalifah terakhir bani Umayyah di Damaskus. Sedangkan ibunya bernama Golban atau Jelleban seorang penenun dari Persia.
Abu Nawas kecil, pernah dijual oleh sang ibu kepada penjaga toko dari Yaman, Sa'ad Al-Yashira. Abu Nawas muda bekerja di toko grosir milik tuannya di Basra, Irak. Sejak remaja, otaknya yang encer menarik perhatian Walibah ibnu A-Hubab, seorang penulis puisi berambut pirang. Al-Hubab pun memutuskan untuk membeli dan membebaskan Abu Nawas dari tuannya.

Sejak itu, Al-Hubab mengajarinya teologi dan tata bahasa. Ia juga diajari menulis puisi. Sejak itulah, ia tertarik dengan dunia sastra. Ia kemudian banyak menimba ilmu dari seorang penyair Arab bernama Khalaf Al-Ahmar di Kufah.

Ketika muda, puisi-puisi yang dikarangnya kerap diinspirasi khammar (minuman keras), salah satunya khumrayat (penggambaran minuman keras). Adalah Dr Muhammad al-Nuwaihi dalam kitabnya Nafsiyyat Abi Nawas menyebutkan Abu Nawas sangat tergantung pada minuman keras.

Bersambung...
Publisher: masjid kita - 1:08:00 AM

Monday, January 13, 2014

, , , , ,

Walikota Josrizal Resmikan Masjid


Pada Jum’at (6/8), menjadi hari bersejarah bagi Muslim Kelurahan Cubadak Air, Kecamatan Payakumbuh Utara. Hari itu, Mushalla Al-Muttaqin berubah status menjadi masjid, yang ditandai dengan shalat Jum’at perdana di rumah suci itu. Walikota H. Josrizal Zain usai meresmikan pemakaian masjid, bersama anggota DPD-RI Ir. Reza Pahlevi, MT, Kakandepag Payakumbuh, sejumlah pimpinan SKPD serta Camat Payakumbuh Utara Erwan, SIP ikut shalat Jum’at berjamaah dengan kaum muslim Cubadak Air.

Selama ini, di kelurahan berpenduduk sekitar 758 jiwa itu, memiliki dua mushola, satu di antaranya Al-Muttaqin yang naik pangkat jadi masjid. Kaum muslim Cubadak Air, untuk Jumatan, harus jauh-jauh pergi ke masjid kelurahan tetangga, ke Padang Kaduduk dan Nan Kodok.

Menurut Camat Erwan, pembangunan masjid ini sepenuhnya didanai jamaah setempat, yang sudah menelan biaya mendekati Rp 968 juta. H. Masni, pengusaha gambir, penduduk Cubadak Air, di antara donator terkuat dalam membangun prasarana peribadatan itu.

Sementara, bangunan Mushola Al-Muttaqin yang bersebelahan dengan masjid baru, menurut panitia pengurus masjid, akan dimanfaatkan untuk kegiatan TPA/MDA dan untuk kegiatan sosial lainnya. Masjid Al-Muttaqin, terletak di atas tanah seluas 537 meter, sebagian wakaf Hj. Irma dan sebagian dibeli warga. “Belum rampung 100%, dan masih banyak lagi bagian yang harus dibangun, tapi sambil berjalan, jemaah bertekad akan menyelesaikan bangunan ini dengan cepat,” ungkap Camat.

Walikota Payakumbuh H. Josrizal Zain, ketika memberi sambutannya, berharap, agar peningkatan status mushola menjadi masjid, diiringi dengan peningkatan keimanan dan ketaqwaan warga kepada Allah swt. Jelang puasa Ramadhan, menjadi momentum yang tepat dalam peresmian masjid, dan diharapkan membawa dampak positif dalam syiarnya agama Islam di tengah masyarakat.

Al-Muttaqin merupakan masjid ke-80 yang tersebar pada 76 kelurahan se-Kota Payakumbuh. Sementara itu, terjadi pengurangan satu mushola dari 358 menjadi 357 buah karena berubah status menjadi masjid.

Publisher: masjid kita - 1:06:00 AM
, ,

Masjid Jami Baitul Akbar Part II


Dari luar, Masjid Jami Baitul Akbar ini seperti hanya memiliki satu lantai saja, namun ketika masuk di dalamnya, terdapat lantai kedua yang dipagari dengan pagar stainless dengan balutan kaca transparan. Selain itu, di bawah pagar juga nampak terlihat kaligrafi dengan bingkai warna hijau daun.

Posisi bangunan Masjid Jami Baitul Akbar ini sengaja tidak menghadap kiblat, karena pertimbangan pemanfaatan lahan yang ada. “Karena untuk menghemat tanah dan bangunan tidak terlihat menyerong dari sisi jalan raya. Awalnya banyak orang mengira tampilan masjid ini adalah showroom, tapi itulah yang membuat unik dari masjid Baitul Akbar ini,” katanya.

Menurut Ghofar, dinding-dinding masjid yang ada dilapisi kaca, namun sudah ada pemugaran dan menggantinya dengan tralis dan triplek agar tidak terlalu panas akibat dari panas dari luar. Selain itu untuk mendapatkan sirkulasi udara yang cukup.

Masjid Jami Baitul Akbar juga dikelilingi kaligrafi al-Qur’an. Pemasangan kaligrafi di sisi-sisi tembok memberikan kesan spiritual secara mendalam bagi setiap jamaah yang berkunjung ke masjid ini. Berikut makna-makna yang terkandung dari tulisan Arab yang tampil pada dinding-dinding masjid.
“Masjid ini dibangun selain sebagai tempat beribadah secara spiritual, juga sebagai pengingat bagi setiap mukmin, bahwa antara akhirat dengan duniawi haruslah seimbang. Setelah shalat dianjurkan untuk menunaikan aktivitas lain, yaitu kerja,” ujarnya.
Sementara itu mimbar masjid bertuliskan dua kalimat syahadat yang mencirikan sebagai kalimat utama yang wajib dilafadzkan bagi seluruh umat Muslim. Posisi mihrab yang sedikit melenceng dengan posisi luas sebelah memberikan celah mimbar untuk menempati ruang yang luas sementara sisanya untuk ruang imam.

Menara berbentuk persegi menjulang ke atas dengan ditandai di atasnya terdapat kubah kecil berlambangkan bintang dan bulan sabit. Posisinya berada di sebelah kanan depan masjid. Dinding menara yang dilapisi batu bergalur warna hitam menambah kesan kekokohan menara ini.

Selain bentuk ornamennya yang cukup apik, masjid ini setiap Sabtu rutin mengadakan pengajian kajian Islam untuk memberikan pemahaman kepada jamaah akan Islam yang rahmatan lil alamien. Karena itulah, pengurus masjid berharap masjid ini bisa melahirkan ukhuwah Islamiyah.

“Kami berharap semoga masjid ini dapat lebih merangkul jamaanya lebih banyak, khususnya saat shalat berjamaah. Dan semoga bisa membawa kerukunan dan tetep istiqomah di jalan Allah,“ ungkapnya seraya tersenyum.
Publisher: masjid kita - 1:05:00 AM
, , ,

Dahsyatnya Sabar

Ratusan tahun sebelum para psikolog menyatakan bahwa marah dapat meracuni hati, Nabi Muhammad saw sudah mengingatkan kita agar bersabar dalam menjalani hidup. "Orang kuat bukan orang yang bisa menjatuhkan lawannya sekali pukul," kata Nabi, "namun orang yang bisa mengendalikan emosinya saat ia dibakar amarah."

Marah adalah fitrah manusia. Namun, hanya marah kepada orang yang tepat, pada saat yang tepat, di tempat yang tepat, dan dalam kadar yang tepat yang dibenarkan dalam Islam. Menyalurkan marah secara tepat hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kesabaran. Tanpa ada kesabaran, marah akan meluap tanpa bisa dikendalikan.

Orang yang terbiasa bersabar akan memiliki ketenangan batin

Dengan kesabaran, kita tidak akan merasa berat dalam menjalankan perintah Allah. Motivasi kita melakukan ibadah juga bukan karena dorongan nafsu atau kepentingan sesaat. Dengan kesabaran pula, kita akan mudah menjauhi segala hal yang dilarang Allah. Godaan atau rayuan hawa nafsu tak akan sanggup memalingkan kita pada kenikmatan semu.

Selain dapat membuka mata hati untuk bersikap tulus dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sabar juga akan menolong kita saat cobaan hidup menghadang langkah kaki kita. Dengan kesabaran, kita tidak akan takut bahkan dengan cobaan terburuk sekalipun. Dengan kesabaran pula, kita tidak akan kehilangan arah dalam menyikapi cobaan tersebut.

Dengan ketenangan batin itu, ia mudah berpikir jernih, bertutur santun, dan bersikap aril dalam menjalani hidup, sehingga berbagai impian dan cita-cita yang diinginkan dapat dengan mudah diraih. Hikmah sabar yang nyaris tak bertepi akan membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari.


Publisher: masjid kita - 1:03:00 AM

Saturday, January 11, 2014

, , ,

Kartun Nabi





Flemming Rose editor halaman budaya di surat kabar Denmark Jyllands Posten kembali akan buat sensasi. Setelah buat heboh menerbitkan kartun pelecehan terhadap Nabi Muhammad saw pada tahun 2005 lalu, kini ia sedang mempersiapkan untuk menerbitkan kartun dalam sebuah buku.


Buku yang memuat kartun-kartun menghina Nabi Muhammad tersebut berjudul The Tyranny of Silence akan dirilis pada tanggal 30 September dalam peringatan ke-5 tahun atas dipublikasikannya 12 kartun yang menghina Nabi Muhammad, yang telah memicu gelombang protes kekerasan melawan Denmark di dunia Islam.

Flemming Rose dalam sebuah pernyataannya di surat kabar Politiken mengatakan bahwa penerbitan kembali kartun-kartun itu bukan bermaksud untuk melakukan provokasi. "Hal ini perlu diketahui kisah di balik 12 kartun itu dan penempataan kartun tersebut dalam konteks umum untuk dipakai contoh suatu tindakan yang dianggap menghina," kata Rose.

Di surat kabar Politiken, Flemming Rose juga mengatakan bahwa buku setebal 499 halaman yang nanti akan diterbitkannya itu akan menimbulkan perdebatan, namun ia menjelaskan kalau bukunya itu ingin menggambarkan berbagai hal termasuk penolakan terhadap Holocaust, aksi rasisme dan tindakan penghinaan. (islamtoday)


Publisher: masjid kita - 1:04:00 AM
, ,

Marshanda Hijrah Berjilbab





Ada yang beda dengan artis cantik yang satu ini. Marshanda atau yang biasa dipanggil Chacha telah menyatakan hijrah untuk terus mengenakan jilbab setelah mimpi beberapa kali tentang kiamat.


"Sebenarnya aku memang mimpi, tapi aku enggak tahu ada hubungannya apa enggak karena aku sempat mimpi lima hari berturut-turut, itu mimpi kiamat, kayak film Armageddon itu, dan aku takut banget," kisah Marshanda ketika hadir dalam acara buka bersama dan santunan untuk anak yatim piatu di Hotel Sofyan, Menteng, Jakarta Pusat.

Awalnya memang risih, imbuh Chacha, namun ia terus mencoba konsisten untuk berjilbab. Akhirnya setelah tanggal 12 Juni, ia benar-benar merubah total penampilannya. Bahkan ia akan menyeleksi tawaran-tawaran yang tidak mengenakan jilbab. "Insya Allah setiap ada sinetron aku mau tetap pakai jilbab. Kalau harus melepas, aku enggak mau," katanya.

"Aku sempat latihan pakai jilbab ke mal, tapi saat itu aku belum konsisten. Pas setelah bermimpi, aku semakin menyadari, mataku dibuka banget untuk bersyukur atas yang diberikan Allah, besar banget cinta Allah yang dikasih," ujar Chacha. "Besoknya aku pakai jilbab dan sampai sekarang alhamdulillah," papar kekasih pembawa acara Ben Kasyafani ini.

Setelah mengenakan jilbab, Chacha mengaku lebih tenang dan banyak bersyukur dengan yang diberikan Allah. “Insya Allah aku mantap pakai jilbab seterusnya,” tukasnya.

Publisher: masjid kita - 1:01:00 AM
, ,

Bulan Syawal


Bulan Syawal merupakan bulan kesepuluh dalam penanggalan Hijriyah yang penuh keutamaan dan keistimewaan. Secara harfiah, Syawal berarti peningkatan. Hal ini mengandung makna bahwa segala pelatihan amal, ibadah maupun tuntunan yang dijalankan selama sebulan penuh ketika Ramadhan, hendaknya dapat dilipatgandakan kualitas dan kuantitasnya pada bulan ini.
Keistimewaan Syawal semakin nyata dengan anjuran berpuasa sunah selama enam hari. Rasulullah saw sangat menekankan ibadah ini, dan dibuktikan dengan banyaknya hadis terkait amalan puasa tersebut.
Selain itu, sejarah awal Islam juga mencatat sejumlah peristiwa penting yang terjadi di bulan Syawal. Beberapa di antaranya bahkan memiliki pengaruh kuat terhadap keberhasilan pengembangan agama Islam di fase berikutnya.

1. Perang Uhud.

Inilah pertempuran yang memberikan pelajaran berharga bagi umat akan pentingnya menjaga ketaatan kepada perintah Rasulullah. Perang Uhud berkecamuk pada 15 Syawal 3 H atau Ahad 31 Maret 625 M. Kemenangan yang hampir diraih umat Islam dalam pertempuran itu berbalik menjadi sebuah kekalahan. Berawal saat pasukan panah yang diperintahkan Rasulullah untuk bersiaga di bukit Uhud, justru meninggalkan posnya karena tergiur rampasan perang. Tak ayal, kondisi ini dimanfaatkan oleh pasukan berkuda Quraisy, pimpinan Khalid bin Walid (ketika itu belum masuk Islam), untuk menggempur pasukan Muslim yang lengah. Akibatnya, banyak pasukan Islam menjadi syuhada. Allah swt pun langsung menegur umat Muslim yang telah mengabaikan perintah Rasul-Nya.

2. Perang Bani Qainuqa.

Terjadi pada Syawal 2 Hijriyah. Pasukan Islam pimpinan Rasulullah memerangi kaum Yahudi lantaran mereka memusuhi kaum Muslim. Mereka juga yang pertama mengkhianati perjanjian yang dibuat kedua pihak.

3. Perang Bani Sulaim di Kudri.

Terjadi pada Syawal 2 Hijriyah. Rasulullah berangkat menuju Qarqarah al-Kadr untuk memecah pasukan Bani Sulaim dan Gathafan.

4. Perang Khandaq.

Nama ini digunakan untuk menyebut sebuah perang yang terjadi pada tahun ke-5 setelah Hijrah ke Madinah (Tahun 627 Masehi). Perang Khandaq adalah perang umat Islam melawan pasukan sekutu yang terdiri dari Bangsa Quraisy, Yahudi, dan Gatafan. Perang Khandaq disebut juga Perang Ahzab, yang artinya Perang Gabungan.

5. Perang Hunain.

Pertempuran antara Nabi Muhammad dan pengikutnya melawan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H, dari Mekkah ke Thaif. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan telak bagi kaum Muslimin, yang juga berhasil memperoleh rampasan perang yang banyak.

Pasukan Muslim saat itu 12.000 orang, terdiri dari 10.000 Muslim yang turut serta dalam penaklukan Makkah, ditambah 2.000 orang Quraisy Mekkah yang baru masuk Islam. Perang ini terjadi sekitar dua minggu setelah penaklukan Makkah, atau empat minggu setelah Muhammad meninggalkan Madinah.

6. Perang Tha’if.

Orang-orang Tsaqif yang melarikan diri dari perang Hunain pergi ke benteng-benteng mereka di Thaif. Rasulullah saw mengejar mereka melewati daerah-daerah Nakhla al-Yamaniyah, Qarn, al-Mulaih dan Bahrah ar-Rugha. Beliau kemudian membangun markas dan mengepung benteng-benteng Thaif selama lebih dari 20 malam.

Rasulullah saw melempari orang-orang Thaif dengan senjata manjaniq (pelempar batu). Perang Thaif adalah perang pertama di mana kaum Muslim menggunakan senjata manjaniq. Dalam peperangan Thaif ini juga digunakan dabbabah, yaitu sejenis alat perang yang digunakan untuk mendobrak pintu-pintu benteng.

7. Pernikahan Rasulullah.

Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ra dan Ummu Salamah merupakan salah satunya. Tercatat pula kelahiran Abdullah bin Zubair ra, dialah bayi pertama kaum Muhajirin yang lahir di Madinah (1 Hijriyah).

8. Lahirnya Imam Bukhari pada bulan Syawal, yakni tahun 194 Hijriyah. Beliau wafat pada tahun 256 H yakni di malam Idul Fitri dan dimakamkan pada hari raya 1 Syawal. Syawal, inilah bulan pembuktian.

9. Lahirnya Abdullah bin zubair, dan dialah bayi pertama muhajirin yang lahir dimadinah pada 1 Hijriyah.

Nasional
1 September : Hari Polisi Wanita (Polwan)
5 September : Hari Palang Merah Indonesia (PMI)
8 September : Hari Aksara
8 September : Hari Pamong Praja
9 September : Hari Olahraga Nasional
11 September : Hari Radio Republik Indonesia (RRI)
17 September : Hari Perhubungan Nasional
24 September : Hari Tani
26 September : Hari Statistik
27 September : Hari Pos Telekomunikasi Telegraf (PTT)
28 September : Hari Kereta Api
29 September : Hari Sarjana Nasional
30 September : Hari Peringatan Gerakan 30 SPKI
Internasional
4 September : Hari Berjilbab Internasional
15 September: Hari Demokrasi Internasional
16 September: Hari Ozon Internasional
21 September: Hari Alzheimer Sedunia
22 September: Hari Bebas Kendaraan Bermotor
26 September: Hari Bahasa Eropa
26 September: Hari Kontrasepsi Sedunia
28 September: Hari Jantung Sedunia
28 September: Hari Hak Untuk Mendapatkan Informasi
30 September: Hari Penerjemah Internasional
Publisher: masjid kita - 1:00:00 AM

Thursday, January 9, 2014

, , ,

Perjuangan seorang Marbot saat Kuliah

Tinggal di masjid kampus karena ekonomi dan idealisme ingin memakmurkan masjid, sempat berhenti kuliah karena ekonomi. Kini, ia merasa, berkah menjadi marbot mengantarkannya menjadi ahli geologi yang gemar menulis dan berorganisasi. Bagaimana kisahnya?

Di kamar 4 x 4 meter yang berada persis di samping masjid Salman ITB, Oman Abdurahman tinggal. Bukan tanpa alasan ia memilih menjadi marbot dari pada ngekos di luar kampus. Pasalnya, karena keterbatasan ekonomi dan keinginanannya untuk bisa dekat dengan masjid mengantarkannya menjadi sosok yang cinta masjid.


Oman lahir pada 14 Desember 1961 di Desa Lumbung (sekarang sudah menjadi kecamatan), Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ia dilahirkan dari sebuah keluarga sederhana dan merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara. Ayahnya adalah seorang lebe (penghulu di tingkat desa/kerurahan) selama 40 tahuh di desanya.

Oman sudah ditinggalkan sang ayah tercinta saat kelas 2 SMP atau umur 14 tahunan. Ibunya seorang ibu rumah tangga yang sangat setia, penuh pengabdian pada suaminya, dan membesar-besarkan anak-anaknya dengan ikhlas. Ini terbukti, hingga saat ini sang ibu yang masih sehat (83 tahun) tidak pernah bersuamikan lagi setelah ditinggal oleh ayah Oman.

”Pada waktu ayah meninggal, dari 8 bersaudara, hanya tiga yang sudah bekerja, yang dua sebagai guru SD, yang satu lagi honorer guru STM. Kakak yang baru honorer dengan berani mengambil saya untuk tinggal bersamanya dan melanjutkan sekolah ke SMA di Sukabumi,” ujar Oman.

Adalah tahun 1981, ketika ia berhasil melanjutkan kuliah di sebuah perguruan tinggi bergengsi Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebagai anak amil atau lebe, tak seberapa penghasilan ekonomi orangtuanya. Karena itulah Oman membulatkan tekad untuk mencari tempat gratisan untuk belajar dan menginap. Pilihan jatuh ke Asrama Masjid Salman di lingkungan Masjid Salman ITB sekaligus menjadi marbot.

Tak mudah ternyata untuk bisa marbot di Masjid Salman, karena ia harus mengikuti serangkaian tes dari pengurus masjid (Yayasan Pembina Masjid Salman) dan calon seniornya di Asrama Masjid Salman. Namun akhirnya, Oman diterima menjadi anggota marbot Masjid Salman. ”Alhamdulillah saya bisa tinggal di masjid dan bisa belajar agama banyak sekaligus kuliah,” katanya.

Masjid Salman merupakan masjid kampus yang menjadi laboratorium ruhani bagi masyarakat kampus ITB. Masjid ini menjadi wadah pembinaan insan, pengembangan masyarakat, dan pembangunan peradaban yang Islami. Berbagai rangkaian program dan kegiatan telah diselenggarakan di masjid ini.

Di masjid ini pula juga dibentuk lembaga-lembaga profesional beserta program-programnya. Diantaranya, Keluarga Remaja Masjid Salman (KARISMA) berikut kegiatan unggulannya: mentoring dan bimbingan belajar; Lembaga Pengembangan Manajemen dan Ekonomi Syariah (LPES) dengan pelatihan Ekonomi Syariah, Lembaga Muslimah Salman (LMS) yang berkembang dari pengajian ibu-ibu Salman dengan program Sekolah Pra Nikah dan Parenting Class, dan Lembaga Kaderisasi (LK) membina kader inti mahasiswa yang difasilitasi asrama putra (waktu itu baru asrama putra yang ada).

Selama menjadi marbot di Masjid Salman, ia merasa mendapatkan banyak pencerahan, utamanya pengetahuan tentang ilmu agama kian terasah dan kecerdasan sosialnya makin bertambah. Terlebih lagi di masjid ini kerap diadakan kajian Islam yang diisi oleh para pemikir handal seperti almarhum Muhammad Imaduddin Abdulrahim atau yang biasa akrab dipanggil Bang Imad (alm), Prof. Ahmad Sadali (alm), K.H. Rusyad Nurdin (alm), Drs. Jalaluddin Rakhmat atau yang dikenal sebagai Kang Jalal (sekarang profesor), Drs. Ahmad Mansur Suryanegara (sekarang profesor), Drs. Moftah Faridl, dan lainnya.

Sebagai kader, Oman merasa tertuntut untuk meningkatkan kualitask keilmuannya. Karenanya tak heran jika ketika ia sedang sibuk belajar di kampus ITB pun, sesekali ia harus belajar agama Islam atau pun memikirkan program Masjid Salman. ”Kegiatan cukup padat, kegiatan di masjid dan belajar di kampus,” katanya.

Selama di masjid, Oman bersama beberapa temannya juga aktif menjaga masjid terutama kebersihan, keamanan, dan fasilitas terselenggaranya masjid dan kegiatannya, seperti listrik, air, dan lainnya. Semua kegiatan yang berkenaan dengan masjid ia jalankan dengan ikhlas.

Berbeda dengan para mahasiswa lain yang tak pusing-pusing memikirkan kegiatan masjid atau fokus pada belajar di kampus, tidak demikian halnya dengan Oman dan teman-teman seperjuangan. Mereka harus membagi waktu dan tenaganya untuk memakmurkan Masjid Salman.

“Saya yakin, ke depan aktivitas masjid ini akan membawa berkah,” ujarnya.
Pagi, sebelum adzan Shubuh berkumandang, Oman sudah harus rela mengurangi tidurnya untuk membangunkan penduduk sekitar dengan lantunan kumandang adzan. Usai shalat, ia pun harus menjaga kebersihan masjid dan lingkungan sekitarnya agar kondisinya tetap bersih dan nyaman, karena biasanya masjid ini selalu dipadati para mahasiswa baik yang sedang ibadah, belajar maupun sekadar melepas lelah. Dua hari dalam seminggu para marbot ini harus melaksakan kegiatan rutin, yaitu menyiapkan penyelenggaraan shalat Jum’at. Hari Ahad, menyiapkan pelaksanaan kuliah dhuha sekaligus menghadirkan penceramahnya dan pelaksanaan mentoring Karisma.

Begitulah, hampir selama tiga tahun, Oman mengabdikan dirinya untuk kemakmuran masjid. Namun karena kondisi ekonomi yang tetap kurang mencukupi untuk biaya kuliah, akhirnya ia pun memutuskan berhenti kuliah untuk sementara guna bekerja. Bersamaan dengan itu, ia pun keluar dari anggota marbot, alias tidak tinggal lagi di Asrama Masjid Salman.

Alasannya sederhana saja: “Bila saya masih di asrama Salman, sementara saya bekerja, tentu saya tidak akan mampu melaksanakan kewajiban saya sebagai marbot. Karena itu, sudah semestinya saya keluar dari asrama,” ujarnya.

Selama satu tahun ia fokuskan untuk bekerja kepada salah seorang dosen, yaitu menjadi asistennya. Pekerjaannya sebagai penyediaan sumber daya air di sebuah lokasi transmigrasi di pedalaman Kutai, Provinsi Kalimantan Timur pada waktu itu (1986) merupakan kerja pertama Oman yang diperoleh dari dosennya.

Setelah setahun bekerja, ia juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Dari sang dosen, ia banyak belajar membuat proposal, merencanakan pekerjaan, menangangi masalah-masalah nyata di lapangan, menyusun laporan, makalah, bahkan menjalankan proyek.
”Saya tidak hanya bekerja tapi juga belajar dari yang lebih mengerti,” katanya.
Setelah ia rasa cukup, akhirnya Oman pun kembali ke habitatnya lagi, yakni belajar di kampus melanjutkan kuliahnya yang sempat koma selama satu tahun karena faktor ekonomi.

Namun, kali ini, ia tak lagi tinggal di masjid, alasannya ia ingin fokus belajar untuk menyelesaikan kuliahnya, dan memberi kesempatan kepada yang lain yang lebih muda dan memerlukan tempat tinggal serta tempat pengkaderan berupa lingkungan masjid . Kendati demikian, ia masih sering mengikuti beberapa kegiatan Masjid Salman.

”Bagaimana pun juga, Masjid Salman banyak memberikan dorongan, peran, dan fasilitas dalam hidup saya. Di Masjid Salman saya banyak belajar agama, ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, tanggungjawab dan organisasi. Itu semua telah memberikan warna dalam hidup saya, makanya saya tidak bisa melupakan begitu saja,” tuturnya.

Pesan Oman bagi para marbot yang tinggal di masjid: ”Hidup terus berputar, adakalanya di atas, ada juga saatnya di bawah. Karena itulah membekali diri dengan belajar nilai-nilai Islam menjadi kemutlakan untuk menghindari diri dari kekufuran dan terhindar dari pengaruh lingkungan yang buruk. Bagaimanapun keadaan kita, sepatutnya kita selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan,” katanya.

Sedangkan untuk menghindari pemahaman Islam yang di luar konteks atau terbawa aliran-aliran yang menyesatkan, ia berpesan agar para marbot seyogyanya banyak belajar Islam secara benar dan terbuka. Dengan demikian, maka hidup beragam akan lebih toleran terhadap penganut aliran atau madzhab lain, bahkan terhadap agama yang lain sekalipun, selama tidak menindas kemanusiaan. Dan toleransi, menurut satu keterangan yang diterimanya dari salah seorang ustadznya merupakan puncak keimanan. Itulah inti yang diajarkan Islam.

Setelah menamatkan kuliah pada tahun 1988, Oman dengan kemampuannya berhasil menjadi salah satu pegawai negeri di sebuah instansi Pemerintah Pusat yang berkedudukan di Bandung. Pada tahun 2000 ia pun menyelesaikan pendidikan S2 nya di ITB jurusan Rekayasa Pertambangan, bidang Hidrogeologi atau Air Tanah. Meskipun ia tak menjadi dosen sebagaimana banyak temannya yang marbot menjadi dosen ITB, ia tetap bersyukur karena bisa mengaplikasikan apa yang pernah ia pelajari untuk kemslahatan.

Kini ia sebagai Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Laporan pada instansinya tersebut dengan tugas selain penyusunan renstra, perencanaan kegiatan tahunan dan evaluasinya, juga penyebarluasan informasi, termasuk mengasuh jurnal dan buletin terbitan instansinya.
”Saya merasa, semua itu karena berkah Allah. Karena menjadi marbot sambil tetap berusaha dalam setiap keadaan, saya sekarang bekerja, menikmati pekerjaan, dan pekerjaan pun dihargai orang” katanya.



Publisher: masjid kita - 12:57:00 AM
, ,

Masjid Jami Baitul Akbar Part I

Masjid Minimalis Berbalut Kaca

Keragaman suku bangsa di Indonesia mencerminkan homoginitas masyarakatnya. Keragaman tersebut juga mempengaruhi tampilan-tampilan ruang aktivitas serta bangunan di mana mereka beraktivitas. Salah satunya keragaman dalam segi arsitektur bangunan untuk tempat-tempat beribadah, termasuk tempat beribadah masjid.

Saat ini, banyak masjid berdiri di setiap sudut kota tertentu yang dijadikan sebagai tempat bersimpuh bagi umat muslim. Tampilan masjid pun memberikan kesan yang berbeda-beda pula.

Dari segi ornamen atau bangunan luar yang terlihat lebih unik, megah, agung, dan nyaman. Salah satu keunikan masjid ini tampil pada masjid yang terletak di komplek Badan Intelejen Negara (BIN) yaitu Masjid Jami Baitul Akbar.

Memasuki kawasan Kalibata, tepatnya di jalan Seno Raya Kesatrian Sokarno Hatta Pejaten Timur, Pasar Minggu Jakarta Selatan, mata kita akan tertuju pada satu bangunan masjid yang terkadang mirip dengan ruko. Tapi ketika masuk di dalamnya, maka kesan ruko yang nampak dari luar akan sirna seiring dengan indahnya ornamen di dalam masjid.

Menurut Drs. Abdul Ghofar Wakil Ketua Masjid Jami Baitul Akbar, bangunan masjid ini diresmikan tepat pada peringatan kemerdiekaan bangsa Indonesia, tepatnya pada 17 Agustus 2004, oleh Hendro selaku pimpinan kompleks Kesatrian Sokarno Hatta. Sebelumnya, masjid ini terletak di dalam kompleks. Kondisinya pun sangat kecil sehingga hanya mampu menampung jamaah sekitar 200 jamaah. Karena itu ketika datang shalat Jum’at atau untuk shalat hari raya Idul Fitri atau Idul Adha tidak mencukupi. Kini, masjid ini mampu menampung jamaah lebih banyak lagi yaitu 1000 jamaah.

Masjid in imemiliki keunikan dari sisi arsiteknya. Sekilas, masjid ini seperti bangunan ruko mewah. Namun jika dilihat secara seksama bangunan ini adalah nyata sebuah masjid yang di setting sedemikian menarik dan nyaman dengan balutan desain minimalis.

Dinding-dinding luar sebelah kanan, depan dan kiri masjid dibalut dengan kaca transparan memberikan kesan terang. Di antara kaca-kaca nampak bingkai besi yang mengokohkan keberadaan kaca yang seperti menggantung membalut dinding luar masjid.

Warna Masjid Jami Baitul Akbar ini lebih dominan warna putih dan hitam. Hampir seluruh temboknya berwarna putih bersih, sedangkan nampak beberapa dinding warna hitam bergalur horizontal menghiasi tembok putih, seakan hiasan tembol ini mengokohkan bingkai kaca yang juga berwarna hitam.

Untuk bisa masuk ke Masjid Jami Baitul Akbar ini, jamaah harus menaiki beberapa tangga yang dipandu dengan pagar dari stainless, hal ini untuk membantu bagi jamaah yang usianya sudah tua, sehingga bisa untuk berpegangan ketika akan naik ke tangga. Sedangkan di samping tangga juga terbentang area taman yang dihiasi dengan beraneka ragam bunga untuk menambah kesan asri masjid ini.

Sementara ornament di dalam Masjid Jami Baitul Akbar ini juga masih mempertahankan warha hitam dan putih, namun untuk menampilakn warna natural, masjid ini juga dipasang dinding dari lapisan kayu berwarna merah kecoklatan. Paduan antara warna warni ini memberikan kesan alami.

bersambung...
Publisher: masjid kita - 12:55:00 AM
, , , ,

Pameran Peradaban Islam di Istanbul


Pameran peradaban dan kebudayaan Islam bertemakan 1001 Inovasi (1001 of Inovation) dibuka di komplek bundaran Masjid Sultan Ahmet di Istanbul pada Kamis (26/8). Pameran tersebut menampilkan produk-produk inovasi dari karya seni, teknologi, sains, dan sastra yang dihasilkan oleh peradaban Islam.

Ide untuk menggelar acara pameran ini datang dari Perdana Menteri Turki Recep Tayyep Erdogan yang pada bulan Maret lalu melakukan kunjungan kenegaraan ke London dan mengunjungi pameran terbuka di kota itu.

Pasca kunjungan tersebut, Erdogan lalu mengeluarkan instruksi untuk menggelar pameran besar-besaran bertemakan peradaban dan kebudayaan Islam, serta pengaruhnya terhadap renaissance Eropa dan sejarah kemanusiaan.

Selain itu, pameran peradaban Islam ini juga digelar untuk memeriahkan berbagai macam even kebudayaan di Istanbul yang pada tahun ini dinobatkan sebagai Ibu Kota Budaya Eropa.

Kawasan bundaran Sultan Ahmet di Istanbul telah menjadi semacam bundaran kebudayaan dan kesenian, sekaligus museum terbuka--selain sebagai tempat istirahat yang rindang dan nyaman. Bundaran yang berada di kompleks wisata Sultan Ahmet Camii, Hagia Sophia, dan Istana Topkapi itu Setiap pekan senantiasa menggelar pertunjukan kebudayan.

Menurut jadwal, pameran tersebut akan dibuka untuk umum sampai pekan pertama bulan Oktober mendatang, untuk kemudian kembali digelar di Amerika.

Publisher: masjid kita - 12:54:00 AM

Tuesday, January 7, 2014

, ,

Berpikir dan Berjiwa Besar

“Yang membedakan manusia diatas rata-rata dengan di bawah rata-rata adalah kebesaran pikiran dan jiwanya” -Aforisme The7Awareness-
Dulu, ada cerita di sebuah perkampungan di Inggris, sebuah tempat yang biasanya menjadi para peziarah atau pedagang menginap. Penginapan ini memiliki tempat tidur ukuran 2 meter. Satu hari mereka kedatangan tamu yang ternyata tingginya melebihi 2 meter. Kontan saja, para pemilik penginapan kebingungan, karena ranjang mereka kekecilan.


Akhirnya, ketika tamu-tamu sedang tidur, pemilik penginapan tersebut bukan memperpanjang tempat tidurnya akan tetapi ia memotong kaki para tamunya agar memiliki ukuran yang sama dengan tempat tidurnya.

Cerita kuno ini menggambarkan kepada kita tentang pikiran yang sempit yang sering terjadi dalam hidup, ketika sedang menghadapi masalah yang ada di depan mata.

Dalam training The 7 Awareness : 7 Kesadaran Hati & Jiwa Menjadi Manusia Di atas Rata-Rata dikatakan bahwa manusia di atas rata-rata terbentuk dari 4 elemen dasar yang berbeda, yaitu badan (body), pikiran (mind), hati (heart) dan jiwa (soul).
Pertama, badan (body), bagian ini membutuhkan makanan sehat dan halal. Olah raga juga merupakan bagian yang terpenting untuk menjaga kesehatan tubuh kita agar menjadi manusia di atas rata-rata.

Kedua, pikiran (Mind), makanan untuk pikiran adalah belajar dan senantiasa positif dalam keadaan apapun. Semakin kita berpikir positif, maka kita akan semakin menjadi apa yang kita pikirkan, sebaliknya jika kita berpikir negatif maka kita kehabisan tenaga dalam rutinitas sehari-hari.

Ketiga, hati (Heart), makanan untuk hati adalah cinta dan memberi, semakin kita sering memberi, maka kita akan semakin menemukan makna dari hidup ini, sebaliknya jika kita hanya bisa menuntut maka kita akan kehilangan makna-makna dalam hidup kita.

Keempat, jiwa (Soul) ini adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan, jiwa membutuhkan makanan adalah keikhlasan. Saya memiliki sahabat yang kondisinya mengenaskan setelah ia berusia 12 tahun, kedua kakinya harus diamputasi karena kecelakaan sebuah kereta.
Masa-masa sulit ia lewati dengan ketidakyakinan, setiap berangkat ke sekolah banyak yang menganggap hidupnya akan kiamat selamanya, banyak temannya mengguncing bahwa ia cacat dan tidak mungkin sukses dalam apapun. Bahkan ibunya pun mulai putus asa bahwa ia akan bisa melewati semuanya ini, namun ia tetap tegar dan berdamai dengan segala kemarahan dan ketidakberdayaan dalam dirinya.

Apa yang terjadi ketika usianya 10-20 tahun, akhirnya ia berhasil menunjukan kepada dunia tentang semangat dan terus berjiwa besar. Justru kekurangan itu menjadi daya ungkit (OMA) bagi dirinya, ia menyadarkan saya dengan terobosan yang luar biasa, ia memiliki keluarga yang harmonis, istri yang cantik dan penyayang, bukan hanya itu ia berhasil menulis sebuah buku yang sangat popular, ia juga berhasil mendaki gunung tertinggi di Afrika, Kilimanjaro dengan kursi rodanya.

Suatu hari saya jemput sahabat saya di Bandara, dia datang sendiri dengan kursi rodanya, banyak orang merasa iba dengan dirinya di Bandara Soekarno Hatta, namun ia berkata kepada saya bahwa ia adalah orang yang paling bahagia di dunia ini.

Saya bertanya “Mengapa?”. Ia menjawab “Karena saya memiliki pikiran dan jiwa yang besar.” Sambil tersenyum kepada saya. Mungkin anda tahu siapa sahabat saya, ia adalah Tonny Cristiensen, yang telah tunjukan kepada dunia bahwa selama kita mampu berdamai dengan diri kita sendiri maka kita akan menguasai dunia ini.

Tonny menunjukan kepada saya bahwa kekuatan jiwa dan pikiran yang besar mampu menaklukkan dunia walaupun keadaan sangat sulit menghimpit kita. Dari inspirator Tonny Criestiensen, saya bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa untuk menjadi manusia di atas rata-rata dengan memiliki pikiran dan jiwa yang besar terdapat hambatan yang harus kita temukan.

Publisher: masjid kita - 12:53:00 AM

Monday, January 6, 2014

, , ,

Kewajiban Seorang Suami


“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu…. (QS. An-Nisa' : 36-37).

Suami adalah seorang lelaki sekaligus kepala keluarga. Berbicara tentang keluarga paling tidak sebuah keluarga terdiri dari seorang kepala keluarga yakni seorang suami dan seorang isteri. Bisa jadi sebuah keluarga ditambah dengan beberapa orang anak. Inilah yang masyhur dalam benak setiap orang ketika dia mendengar kata ‘keluarga’ disebutkan orang kepadanya. Dengan demikian, tertanamlah dalam benak setiap orang bahwa keluarga adalah suami, isteri, dan anak. Demikianlah lazimnya selama ini.

Benarkah keluarga hanya terdiri dari tiga anggota seperti yang disebutkan di atas? Dalam Islam, yang disebut keluarga lebih lebar dari itu. Ayah dan ibu sang suami termasuk di dalamnya, bahkan memperoleh porsi yang lebih utama dan lebih luas. Hal ini sering terabaikan bahkan terlupakan sama sekali akibat persepsi yang salah tentang arti keluarga selama ini. Sehingga seorang suami hanya merasa berkewajiban menghidupi isteri dan anak-anaknya saja.


Ketika keperluan pokok bagi isteri dan anak telah terpenuhi, sang suami mulai menumpuk harta sebagai investasi masa depan bagi isteri dan anak-anaknya. Sedangkan kedua orangtua kalaupun disantuni hanya terbatas pada saat-saat tertentu seperti saat lebaran tiba dua kali dalam setahun. Tragis, bukan..?

Sebenarnya bagi seorang suami kedua orang tua jauh lebih wajib dan mesti didahulukan daripada isteri dan anak kandung. Hal ini tergambar dalam hadis Nabi yang berbunyi: “Ridha Allah tergantung kepada ridha orang tua.” Artinya setinggi dan sebanyak apapun amal seorang lelaki terhadap Allah swt, akan menjadi rusak binasa jika orang itu menyia-nyiakan orangtuanya, yang menyebabkan dia tercatat sebagai anak durhaka.

Isteri dan anak memang wajib dinafkahi oleh seorang suami, namun ibu dan bapaknya lebih wajib dinafkahi. Sebuah hadis Nabi secara nyata menjelaskan hal ini. Hadis itu berbunyi, “Dari Aisyah ra berkata dia, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw: “Wahai Rasulallah, siapakah orang yang paling besar haknya atas seorang wanita? Beliau menjawab: “Suami wanita itu.” Aku bertanya lagi: “Siapakah yang paling besar haknya atas seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab: “Ibu laki-laki itu.” (HR. Imam Hakim, dalam kitab Al Mustadrak jilid 4 halaman 150).

Jelas sekali, seorang laki-laki yang telah menjadi seorang suami lebih wajib menyelesaikan urusan keperluan sang ibu baru lelaki itu berkewajiban menyelesaikan urusan sang isteri. Tentu saja tidak berarti karena mengurus sang ibu, lelaki itu lantas menyia-nyiakan isterinya. Masing-masing memiliki hak yang wajib ditunaikan secara ma’ruf (baik).

Dalam hadis yang lain, seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak memperoleh pelayanan dariku?” Rasulullah menjawab, “Ibumu... Ibumu… kemudian Ibumu, kemudian bapakmu, kemudian yang lebih dekat kepadamu (isteri dan anak), kemudian yang lebih dekat kepadamu (kaum kerabat).” (Hadis Riwayat Bukhari Muslim)

Demikian mulianya Islam meletakkan tanggung jawab kepada seorang suami. Hak-hak mereka secara rapi dan berurutan telah dijelaskan oleh Rasulullah saw di dalam hadis-hadisnya yang mulia. Jika diurutkan kewajiban seorang suami dalam Islam adalah sebagai berikut; 1. Mengurus ibu, 2. Mengurus bapak, 3. Mengurus Isteri dan anak, 4. Mengurus kerabat. Subhanallah…

Karena ketidaktahuan kaum muslimin atas ajaran Islam, kadang-kadang seorang isteri merasa kedua mertuanya (orangtua sang suami) adalah saingannya dalam memperebutkan pelayanan dan harta serta kasih sayang dari sang suami. Kemudian karena ketamakan yang tumbuh di hati sang isteri tersebut, dia akan meradang jika kedua mertuanya bertindak sedikit saja mengambil harta suaminya. Seolah-olah kedua mertuanya ‘merampas’ sesuatu yang semestinya menjadi bagian dan miliknya sendiri. Padahal jika sekedar makan dan pakaian tidaklah perlu menjadi perhitungan bagi sang isteri itu.

Betapa besarnya hak orangtua terhadap seorang anak lelakinya meskipun anaknya tersebut telah menjadi seorang kepala keluarga. Benar, menafkahi isteri dan anak merupakan kewajiban seorang suami dalam Islam, namun kewajiban itu tidak mesti menghilangkan kewajiban sang suami terhadap kedua orangtuanya. Bagaimanapun, keduanya dapat berjalan beriringan tanpa mesti satu dan lainnya dipertentangkan.

Kedua orangtua diurus secara baik dan akan menjadikannya sebagai sebuah amal yang mulia di dunia serta menjadi ‘tiket’ untuk masuk ke surga Allah di akhirat kelak. Sementara isteri dan anak juga merupakan lumbung pahala bagi seorang suami. Apalagi Rasul telah berjanji bahwa seorang suami yang bersedekah kepada anak dan isterinya, akan mendapatkan pahala dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan sedekahnya kepada fakir miskin.

Jika setiap suami menyadari bahwa menafkahi kedua orangtuanya merupakan ‘tiket’ untuk masuk surga, pastilah lelaki itu akan bersusah payah mendapatkan ‘tiket’ surga itu. Hatinya akan senang riang dan gembira untuk mengeluarkan sebagian dari harta miliknya, kepada kedua orangtuanya. Sebaliknya, sang isteri jika benar mencintai suaminya dengan tulus pastilah isteri tersebut akan sangat gembira pula melihat suaminya membeli tiket ke surga. Mustahil seorang isteri mengatakan cinta kepada suaminya tetapi dalam kehidupan sehari-hari sang isteri secara mati-matian mencoba menghalangi sang suami yang hendak membeli ‘tiket’ ke surga. Dalam hal ini, berupa pelayanan kepada ibu-bapaknya.

Dan jika suami-isteri telah menyadari bahwa menyantuni orangtua, merawat serta menafkahi mereka adalah kewajiban dari Allah dan sekaligus tiket masuk surga, manalah mungkin keduanya sampai hati ‘bermain kucing-kucingan’ berusaha menyembunyikan hartanya dari kedua orangtua mereka agar kedua orangtua mereka itu tidak punya kesempatan meminta harta mereka.

Menyembunyikan harta dari kedua orangtua, atau dalam istilah yang popular sekarang ini ‘berpura-pura miskin’ adalah sebuah tindakan bodoh dan dimurkai Allah. Bodoh karena membakar tiket ke surga; dimurkai Allah karena sebuah tindakan kufur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah melalui kedua orangtuanya. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “…Menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka…” (surah An Nisa’ ayat 37).
Publisher: masjid kita - 12:50:00 AM