Friday, December 6, 2013

Filled Under: , ,

Manifestasi Kesadaran akan Tuhan dalam Kehidupan

Share
Manusia diciptakan atas dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Salah satu pemenuhan kebutuhan atas jiwa/rohani adalah melalui keyakinan terhadap sesuatu seperti misalnya agama. Prinsip dasar keyakinan terhadap agama berasal dari kepercayaan bahwa adanya suatu Dzat yang memiliki kekuasaan atas alam semesta yang melebihi kekuatan apapun di dunia. Islam menjelaskan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan (agama) merupakan fitrah dasar manusia.


Pemahaman Ketuhanan dan Iman

Pada dasarnya Agama Islam melarang membahas tentang hakekat Tuhan, khususnya hal yang berkaitan dengan mempertanyakan wujud Tuhan, karena Tuhan merupakan Dzat yang immaterial tidak mungkin dibuktikan wujudnya dan tidak berwujud dalam bentuk misalnya seperti arca (batu). Larangan tersebut tersurat dalam Hadist nabi yang mengatakan: ”Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan jangan lah kamu berpikir tentang Allah SWT sebagai pencipta, karena kamu tidak akan mampu”.
Oleh karenanya sebagai mukmin, yang memahami ajaran Allah SWT dan Sunnah Rasul, kita harus memahami bahwa di balik penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.
Di dalam Al-Qur’an sendiri disebutkan setidaknya tiga bukti penting mengenai keberadaan Tuhan, yaitu  
Pertama bukti yang diambil dari kejadian alam, yang disebut sebagai pengalaman dasar atau pengalaman jasmani manusia, Kedua bukti tentang kodrat manusia yang disebut pengalaman batin manusia, Ketiga bukti yang didasarkan atas wahyu Tuhan kepada manusia yang disebut pengalaman tertinggi atau pengalaman rohani manusia.

Ruang lingkup pengalaman itu akan semakin sempit dan bukti akan semakin selektif, misalnya kejadian pada alam, ini hanya akan membuktikan bahwa alam semesta ini pasti ada. Ada yang menciptakan dan juga ada yang mengatur. Akan tetapi belum cukup membuktikan kepada manusia bahwa Tuhan itu ada. Bukti tentang kodrat manusia terdapat kesadaran adanya Tuhan walaupun kesadaran itu mungkin berlainan dengan bermacam-macam kodrat, hanya waktu Tuhanlah yang menyingkap rahasia-Nya yang menjelaskan sifat-sifat mulia-Nya.

Beberapa bukti mengenai keberadaan Tuhan adalah Pertama, seperti adanya hukum evolusi; bukti adanya tujuan dan kebijaksanaan. Pemahaman evolusi berkembang sepenuhnya pada dua hal; menciptakan dan melengkapi, sehingga segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti mencapai kesempurnaan yang sudah ditentukan. Kedua, di jagat raya hanya ada satu undang-undang, hal selanjutnya bahwasannya dalam ciptaan Tuhan tak ada yang tak seimbang/keteraturan hukum alam. Ketiga, seluruh ciptaan di bawah satu pengawasan, keberadaan-Nya terlihat dalam jagat raya, segala sesuatunya mulai dari hal yang kecil hingga segala sesuatu yang berukuran besar tunduk pada satu undang-undang dan berada di bawah satu pengawasan, Yang Maha Mengetahui. Keempat, petunjuk yang diberikan oleh kodrat manusia: dalam jiwa manusia terdapat kesadaran tentang adanya Allah SWT.

Tiap-tiap orang mempunyai sinar batin bahwa Allah SWT Maha Tahu, Maha Mencipta. Menurut Ibnu Rusyid dalam mengembangkan keimanan kepada Allah SWT digunakan cara cara pendekatan yang sesuai dengan syariat Islam yaitu menggunakan dalil Nidham (kerapihan susunan alam) yang biasa disebut sebagai dalil Inayah Walikhitira (pemeliharaan dan penciptaan).
Adapun dalil Inayah merupakan teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud Allah SWT melalui penghayatan dan pemahaman manfaat alam untuk manusia. Sedangkan dalil Ikhtira yang mengarahkan manusia mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan melalui perenungan terhadap keserasian dan keharmonisan aneka ragam alam dengan Iman yang memiliki landasan bagi perbuatan manusia agar meneladani sifat-sifat terpuji Tuhan. Sehingga Iman tidak hanya berupa dogma saja, akan tetapi manusia memiliki pemahaman yang dalam.

Kesadaran Manusia akan Wahyu

Bukti paling meyakinkan tentang adanya Allah SWT ialah wahyu Illahi, dengan terungkapnya rahasia-rahasia sifat Tuhan itulah maka iman kepada Allah SWT menjadi faktor amat penting bagi evolusi manusia, karena hanya dengan mengetahui sifat-sifat Tuhan itulah yang memungkinkan orang untuk menempatkan cita-cita yang paling tinggi, yaitu mencontoh akhlak Tuhan agar manusia dapat meningkat ke puncak keluhuran akhlak yang tertinggi yaitu Allah SWT, Rabbul’alamin (Yang Memelihara dan Mengasuh Alam).

Maka dari itu mengabdi kepada Allah SWT adalah bekerja dengan sekuat tenaga guna melayani kepentingan sesama manusia dan mencintai sesama makhluk sekalipun makhluk tersebut tak dapat berbicara, dengan harapan keimanan tersebut dapat membawa perubahan dalam kehidupan manusia (kekuatan rohani yang mampu mengangkat derajat manusia menuju tingkatan yang tertinggi sebagai makhluk Tuhan).

Keyakinan Keagamaan

Manusia tidak dapat menjalani kehidupan yang baik atau mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan tanpa memiliki keyakinan-keyakinan, idealisme dan keimanan. Hanya agamalah yang dapat mengatasi kecenderungan sifat negatif manusia melalui keimanan dan ideologi. Hal ini menjadi mungkin hanya bila manusia menganggap keyakinannya sebagai suci dan merebut kendali mutlak atas dirinya. Karena secara alami, manusia cenderung bergerak mencari kebenaran akan wujud yang suci.

Manusia adalah pusat dari serangkaian bakat dan kecenderungan potensial-non materialistis yang dapat dikembangkan lebih jauh. Kecenderungan yang tidak bersifat materialistis secara bawaan dan kecenderungan spiritual tidak begitu saja ditanamkan dan dicapai, ia perlu terus dilatih, bila tidak digunakan secara tepat dan benar maka manusia akan mengambil arah yang salah akibatnya akan timbul penyimpangan keagamaan seperti pemujaan terhadap berhala, manusia ataupun terhadap alam.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk memiliki keyakinan keagamaan karena hal tersebut merupakan satu-satunya keyakinan yang mampu mengatur pengaruh kecenderungan manusia menuju kebenaran terhadap wujud yang suci.
Konsep Tuhan merupakan hasil evolusi pemikiran subyektif manusia, karena manusia selalu membutuhkan sesuatu yang Supreme Being yang memiliki kekuatan atas segalanya. Dapat disimpulkan bahwa agama/kepercayaan terhadap Tuhan sangat dipengaruhi kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
Daftar Pustaka:

1. Murtadha Muntahhari. 1995. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Penerbit Mizan, Bandung.
2. Rahmat Noor dan Syamsul Arifin. 2003. Pendidikan Agama Islam ke Arah Pengembangan Kepribadian. Ulin Nuha Perss.
3. Departemen Agama. 1986. Tim Penyusunan Proyek Pembinaan Pendidikan Agama

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih untuk kesediaannya bertandang dan sekedar mencoretkan beberapa jejak makna di blog ini. Sekali lagi terimakasih. Mohon maaf jika kami belum bisa melakukan yang sebaliknya pada saudara-saudari semua.