Tuesday, January 21, 2014

Filled Under: , , , , , ,

Pancaran Syiar Masjid

Share

Seperti yang pernah kami singgung pada postingan sebelumnya, sekali lagi kami akan mengupas mengenai pendapat Aa Gym yang sempat terputus.. Baca Semarakkan Masjid Pancarkan Syiarnya...

Selamat membaca.
Kini memang masjid berdiri di mana-mana. Dari yang kecil (mushala) hingga yang megah. Lalu soal shalat berjamaah itu? “Mungkin yang paling penting, yang sudah berjamaah benar-benar menjadi figur yang bisa membuat orang yang belum berjamaah jadi tertarik,” kata KH Abdullah Gymnastiar, pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung.

Menurut Aa Gym -- panggilan akrab KH Abdullah Gymnastiar -- pengelola masjid dan jamaah yang sudah istiqamah harus punya
kesadaran bahwa mereka berutang kepada Allah untuk menjadi jalan bagi yang lain bisa ikut ke masjid.

Upaya mengajak orang lain untuk berjamaah di masjid itu menjadi bagian dari kewajiban umat Islam untuk memakmurkan masjid, sebagaimana diperintahkan Allah SWT dalam Quran surah At-Taubah ayat 18: “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Firman Allah dalam surat At-Taubah itu menunjukkan bahwa Allah telah mengarahkan untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat, di masjid. Bahkan masjid bukan sekadar tempat sujud, sebagaimana makna harfiahnya. Ismail Raji Al-Faruqi, pakar kebudayaan Islam asal Palestina, mencatat bahwa sejak zaman Rasulullah SAW, masjid punya ragam fungsi.
Tidak hanya tempat ritual murni (ibadah mahdah), seperti shalat dan iktikaf. Kompleks masjid juga menjadi pusat pemerintahan, markas militer, sentra pendidikan, hingga ruang tawanan perang.
Di Masjid Nabawi -- masjid kedua yang didirikan Nabi di Madinah -- terdapat ruang bernama suffah yang dipakai untuk menampung program santunan fakir-miskin. Dalam perkembangan masa kini, muncul banyak persepsi yang justru mempersempit fungsi masjid. Bila sebidang tanah diwakafkan untuk masjid, maka yang terpikir, peruntukannya semata untuk ibadah murni.

Karena minimnya peran horizontal wakaf masjid, maka efek sosial-ekonominya pun kurang optimal. Ada masjid mentereng yang tak bisa berbuat banyak menyelesaikan kemiskinan jamaah di sekitarnya.
Sekali lagi.. Bagi yang ingin tahu apa kelanjutan kata-kata pimpinan Pesantren tersebut mengenai ini, silahkan dapatkan edisi Majalah Masjid Kita yang terbaru, atau silahkan berlangganan semua postingan blog ini melalui widget-widget yang sudah tersedia di blog ini sekarang juga.
Terimakasih.

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih untuk kesediaannya bertandang dan sekedar mencoretkan beberapa jejak makna di blog ini. Sekali lagi terimakasih. Mohon maaf jika kami belum bisa melakukan yang sebaliknya pada saudara-saudari semua.