Saturday, March 1, 2014

Filled Under: , ,

Perjuangan Umat Islam Melawan Penjajah

Share
PAGI itu, Senin 14 Februari lalu, Kakek Marwan masih malas-malasan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Bola matanya tampak kemerahan. “Saya begadang semalaman, Dik. Saya kebagian meronda. Habis shalat subuh tadi, saya tidur lagi. Rasanya mata ini berat banget,” katanya kepada Masjid Kita sambil mengucek-ngucek matanya. Garis matanya yang mulai cekung, dengan keriput kulit yang terlihat jelas, menjadi pertanda bahwa usianya tidak muda lagi.
Namun, semangatnya masih tetap menyala-nyala. Apalagi jika Kakek Marwan sedang bercerita tentang perjuangannya di masa lalu, ketika memanggul senjata bersama para pejuang Republik lainnya melawan penjajah Belanda.
Pada masa perjuangan dulu, Kakek Marwan tergabung dalam pasukan laskar yang cukup disegani ketika itu. “Saya terharu karena perjuangan kami didukung oleh rakyat dan tokoh agama,” ujarnya. Menurut Kakek Marwan, peran tokoh agama Islam dan kiai pada perjuangan bangsa Indonesia memang sangat besar. Mereka banyak berperan membantu menyediakan logistik dan tempat tinggal untuk para pejuang Republik.


Hal itu sangat dimungkinkan karena agama Islam telah lama menjadi agama sebagian besar masyarakat Indonesia sebelum bangsa-bangsa asing datang ke Nusantara. Ajaran Islam telah menjadi bagian dari sendi-sendi kehidupan masyarakat muslim Tanah Air.

Bangsa-bangsa asing yang datang ke Nusantara awalnya hendak berniaga dan mencari rempah-rempah, yang memang sangat terkenal dihasilkan di negeri ini. Mereka datang dengan keyakinan bahwa Nusantara adalah wilayah yang kaya akan hasil bumi.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya, niat bangsa-bangsa asing itu berubah menjadi keinginan menjadikan Nusantara sebagai daerah koloni mereka. Bangsa-bangsa asing itu berpandangan, dengan menguasai Nusantara secara politik dan ekonomi, maka keuntungan yang mereka peroleh akan berlipat ganda.

Dengan nafsu serakah dan keinginan menguasai negeri yang kaya ini, mereka pun mulai melakukan monopoli perdagangan. Harga barang-barang yang dijual oleh orang Indonesia ditentukan secara sepihak oleh mereka. Dengan kekuatan pasukan yang mereka bawa serta, bangsa-bangsa asing itu kemudian menguasai wilayah-wilayah perdagangan yang strategis.

Bangsa Belanda, misalnya, dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), melakukan monopoli perdagangan di Nusantara. Perserikatan Perusahaan Hindia Timur yang didirikan pada 20 Maret 1602 ini nyatanya bukan sekadar badan dagang biasa, karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas yang istimewa. Misalnya, VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain.
Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara. Lambat laun, akhirnya bangsa Belanda pun menguasai berbagai wilayah Nusantara.
Dari titik inilah, penjajahan terhadap bangsa Indonesia dimulai. Ketidakadilan dan penindasan bangsa penjajah terhadap bangsa pribumi pun terjadi di mana-mana. Sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia seakan hilang, terkungkung oleh pemaksaan dan aturan dari pihak penjajah.

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih untuk kesediaannya bertandang dan sekedar mencoretkan beberapa jejak makna di blog ini. Sekali lagi terimakasih. Mohon maaf jika kami belum bisa melakukan yang sebaliknya pada saudara-saudari semua.