Tuesday, February 18, 2014

Filled Under: , ,

Selamatkan Akhlak Bangsa

Share
TATKALA bencana tsunami memorak-porandakan Aceh, lebih dari enam tahun lalu, hati dan pikiran seakan tersadarkan bahwa ada “sesuatu” yang salah di Bumi Pertiwi ini. Seluruh bangsa menangis, tertunduk, lalu teringatkan bahwa manusia bagaikan butir-butir debu di hadapan Al-Khaliq. Setinggi apa pun pangkat seseorang, sebesar apa pun kekuasaan seseorang, tidak ada artinya di hadapan Allah Yang Mahatinggi dan Mahabesar.

Laksana ombak yang menggulung pantai, bencana demi bencana datang bertubitubi menghantam bangsa ini. Usai tsunami Aceh, datang tsunami Pangandaran, Jawa Barat, jebolnya Bendungan Situ Gintung di selatan Jakarta, gempa bumi Padang, hingga meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta dan Gunung Bromo di Jawa Timur.
Cry for Indonesia pun menjadi jargon di dunia maya. Tidak hanya di dalam negeri, keprihatinan dan belasungkawa datang pula dari dunia internasional. Berbagai negara memberikan bantuannya. Beribu-ribu relawan turun tangan memberikan pertolongan dan melakukan penyelamatan.
Entah berapa puluh ribu nyawa telah melayang. Banyak anak-anak yang kehilangan orangtuanya. Banyak orangtua yang kehilangan anaknya. Banyak pula keluarga yang ditinggalkan sanak famili untuk selama-lamanya. Trauma pasca-bencana pun selalu menghinggapi para korban yang selamat.


Namun, apa yang terjadi selanjutnya? Bangsa ini seperti terjangkit penyakit amnesia. Bencana demi bencana hanya mampir sesaat dalam pikiran dan sesaat pula kesadaran menyelimuti jiwa, tapi kemudian kemaksiatan kembali membuncah.

Padahal, Allah SWT telah mengingatkan dalam Al-Quran surah Asy-Syura ayat 30: “Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” Dalam surah Al-Anfaal ayat 52, Allah SWT menegaskan: “Azab yang demikian itu disebabkan perbuatan tanganmu sendiri. Dan sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.”

Korupsi, penyalahgunaan wewenang, suap-menyuap, dan kongkalikong dalam berbagai hal seakan menjadi perbuatan yang lumrah. Maka, muncullah kasus mafia hukum, mafia pajak, kasus suap pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia yang melibatkan para anggota legislatif, dan berbagai kasus lainnya.

Bersambung

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih untuk kesediaannya bertandang dan sekedar mencoretkan beberapa jejak makna di blog ini. Sekali lagi terimakasih. Mohon maaf jika kami belum bisa melakukan yang sebaliknya pada saudara-saudari semua.